Pasca Kesepakatan Nuklir, Iran dan AS Diusulkan Dapat Nobel
OSLO, SATUHARAPAN.COM - Tercapainya kesepakatan nuklir antara Iran dan enam kekuatan dunia yang menghabiskan perundingan selama lebih dari satu dekade telah memicu perbincangan tentang kemungkinan penganugerahan Nobel bersama untuk Teheran dan Washington tahun ini. Pada saat yang sama disadari pula bahwa suara berkeberatan dipastikan juga akan muncul.
Presiden AS Barack Obama, yang memenangkan hadiah Nobel perdamaian pada tahun 2009 atas upayanya mempromosikan non-proliferasi nuklir, memuji kesepakatan tersebut pada Selasa (14/7) sebagai langkah menuju "dunia yang lebih penuh harapan". Sementara di sisi lain Israel berjanji untuk mencoba menghentikan kesepakatan yang mereka sebut sebagai sebuah "kekalahan bersejarah".
The Jerusalem Post melaporkan, pemberian penghargaan bergengsi itu untuk Washington dan Teheran oleh berbagai kalangan dinilai cocok dengan pola penghargaan Nobel perdamaian bertema nuklir yang selalu diberikan pada tahun berakhiran 5, memperingati pemboman kota Jepang Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
"Saya pikir kerja Komite Nobel ... tahun ini jadi jauh lebih mudah," tulis mantan perdana menteri Swedia Carl Bildt lewat akun Twitternya, setelah kesepakatan diumumkan.
Tetapi banyak orang masih ragu terhadap kelayakan penghormatan itu untuk Iran, yang tidak mengakui Israel serta menghadapi kecaman internasional atas hak asasi manusia. Iran juga telah lama dikecam oleh Washington sebagai anggota dari "poros kejahatan," lanjut dia.
Hal yang sama sulitnya juga berlaku untuk Washington setelah enam tahun lalu Obama memenangkan hadiah itu di hari-hari awal kepresidenannya. Ketika itu keputusan Komite Nobel banyak mendapat kritik. Sekarang Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang telah memimpin tim AS dalam pembicaraan dengan Iran, mungkin dianggap nyaris menyamai peluang Obama untuk menang.
"Ada keterbatasan serius ketika calonnya adalah Iran dan AS," Kristian Berg Harpviken, direktur lembaga penelitian perdamaian Institute Oslo, kepada Reuters tentang kemungkinan kedua negara menjadi pemenang penghargaan Nobel perdamaian tahun ini.
"Tapi saya yakin itu akan dipertimbangkan secara serius oleh Komite Nobel Norwegia."
Sementara itu, Asle Sveen, seorang sejarawan Norwegia dan ahli penghargaan Nobel, menyatakan bahwa komite Nobel juga saat ini sedang mempertimbangkan pemberian hadiah Nobel perdamaian untuk pemerintah Kolombia dan gerilyawan Marxis atas upaya kedua negara untuk menciptakan perdamaian.
"Kita akan memiliki dua kandidat yang layak jika semuanya berjalan benar," kata Sveen kepada Reuters.
Walaupun demikian Harpviken mengatakan akan ada keraguan signifikan terhadap Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif atau Presiden Hassan Rouhani apakah layak mendapat penghargaan itu. Bukan hanya Israel yang memandang Iran sebagai ancaman mematikan bagi.keamanan dan perdamaian regional. Sekutu Muslim Syiah Iran dan Muslim Sunni Arab Saudi telah berjuang puluhan tahun dalam perang sektarian di Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman.
Badan Energi Atom Internasional memenangkan hadiah Nobel perdamaian pada tahun 2005. Sementara, ilmuwan tentang pelarangan bom, Joseph Rotblat, mendapatkannya pada tahun 1995. Lembaga International Physicians for the Prevention of Nuclear War memenanginya pada tahun 1985 dan tokoh pembela hak asasi manusia dan ilmuwan nuklir Soviet, Andrei Sakharov memenanginya tahun 1975.
Calon lain untuk Nobel perdamaian tahun 2015 meliputi surat kabar Rusia yang kritis terhadap Presiden Vladimir Putin dan Paus Fransiskus.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...