Pasien COVID-19 Ukraina Makin Menderita Akibat Pemboman Rusia
KHARKIV, SATUHARAPAN.COM-Di rumah sakit penyakit menular regional di Kharkiv, Ukraina, dokter mengawal pasien COVID-19 dan dapat turun ke tempat perlindungan bom di ruang bawah tanah ketika sirene serangan udara berbunyi. Tetapi yang paling parah sakitnya, membutuhkan pasokan oksigen konstan, tidak dapat dipindahkan, bahkan jika ini berarti membuat mereka rentan terhadap pemboman Rusia.
“Yang dalam kondisi kritis tetap di kamar mereka. Jika kita membawa mereka ke sini, mereka akan mati begitu saja,” kata Pavlo Nartov, direktur rumah sakit. “Sebagian besar pasien kami harus mendapat suplai oksigen sepanjang waktu. Mereka tidak dapat terputus dari oksigen.”
Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, telah diserang Rusia selama berminggu-minggu, membuat para dokter menghadapi dilema yang mustahil. Layanan darurat regional mengatakan pada hari Rabu (16/3) bahwa setidaknya 500 penduduk kota telah tewas sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari.
Walikota Ihor Terekhov mengatakan dalam wawancara yang disiarkan televisi pada hari Selasa bahwa lebih dari 600 bangunan telah dihancurkan di Kharkiv, termasuk sekolah, pembibitan dan rumah sakit. “Tentara Rusia terus-menerus menembak dari darat dan udara,” katanya.
Nartov merasa lega karena rumah sakitnya telah dibebaskan untuk saat ini, tetapi mereka sedang bersiap untuk yang terburuk. “Situasinya sulit dan tegang. Seperti yang Anda lihat, orang sakit, jendela tertutup, pemboman terjadi dari pagi hingga malam. Tapi wilayah kita, rumah sakit kita belum kena,” ujarnya.
Staf sekarang belajar cara menggunakan masker gas, jika terjadi serangan kimia. Natalya Titarenko, yang bekerja di rumah sakit itu, mengatakan bahwa gedung tempat dia tinggal dan gedung saudara perempuannya sama-sama dihantam peluru Rusia. Dia ingat mendengar suara keras.
“Suami saya berkata ‘mereka menembak rumah,’ ada awan debu di apartemen dan tetangga kami mulai berteriak. Saya membuka pintu, tidak rusak, saya membukanya dan saya melihat di halaman ada tirai asap, debu, kaca pecah di mana-mana, pintu meledak.”
"Ada pertempuran tanpa henti selama tiga hari, sangat keras."
Rusia mengatakan tidak menargetkan warga sipil, menggambarkan tindakannya sebagai "operasi khusus" untuk demiliterisasi dan "de-Nazify" Ukraina. Ukraina dan sekutu Barat menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk invasi Rusia ke negara demokratis berpenduduk 44 juta jiwa itu. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...