Rusia Mundur Sebelum Diusir dari Dewan Eropa
Ini adalah badan yang mengawasi hak asasi manusia di Eropa yang didirikan setelah Perang Dunia II.
STARSBOURG, SATUHARAPAN.COM-Rusia pada hari Selasa (15/3) mundur dari Dewan Eropa, pengawas hak asasi manusia terkemuka di benua itu. Ini dilakukan sebelum Rusia diusir dalam dewan itu yang diperkirakan akan dilakukan atas serangannya terhadap tetangganya, Ukraina.
Rusia adalah negara kedua yang meninggalkan kelompok pan-Eropa yang bertugas menegakkan hak asasi manusia dan supremasi hukum sejak pembentukannya setelah Perang Dunia Kedua.
Yunani telah melakukan hal yang sama pada tahun 1969, juga untuk menghindari pengusiran, setelah sekelompok perwira tentara merebut kekuasaan dalam kudeta militer. Ia bergabung kembali setelah memulihkan demokrasi lima tahun kemudian.
Penarikan Rusia dari lembaga yang merancang Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia dan membantu negara-negara Eropa timur untuk mendemokratisasikan sistem politik mereka setelah runtuhnya Komunisme membawa bobot simbolis.
Tetapi keputusan itu, yang diumumkan beberapa jam sebelum pemungutan suara tentang pengusirannya di majelis Dewan Eropa, juga memiliki konsekuensi nyata.
Konvensi hak asasi manusia akan berhenti berlaku untuk Rusia, dan Rusia tidak akan lagi dapat mengajukan banding ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa terhadap pemerintah mereka.
Rusia, menjelaskan pengundurannya, menuduh negara-negara Barat merusak badan hak asasi manusia, yang telah menangguhkan keanggotaan Rusia pada 25 Februari, sehari setelah menginvasi Ukraina.
Tidak Ada Tempat untuk Agresor
Leonid Slutsky, kepala Komite Urusan Internasional majelis rendah parlemen Rusia, menuduh negara-negara NATO dan Uni Eropa melihat Dewan Eropa sebagai "sarana dukungan ideologis untuk ekspansi militer-politik dan ekonomi mereka ke timur" .
Dalam sebuah resolusi yang dirancang pada hari Senin tetapi diadopsi pada hari Selasa (15/4) setelah pengumuman Moskow, majelis Dewan Eropa mengatakan Rusia harus diusir. “Di rumah Eropa bersama, tidak ada tempat untuk agresor,” katanya.
Resolusi tersebut, yang diadopsi dengan suara bulat, mengatakan bahwa dampak penarikan Rusia dari pengadilan hak asasi manusia Eropa akan dikurangi dengan fakta bahwa Moskow gagal untuk bertindak sesuai keputusannya.
"Keputusan hari ini tidak melawan rakyat Rusia, itu melawan rezim otokratis, kleptokratis, menindas, (Presiden Rusia Vladimir) Putin," kata mantan Perdana Menteri Yunani, George Papandreou, yang sekarang menjadi anggota majelis Dewan Eropa.
"Negara saya, Yunani, dikeluarkan dari Dewan Eropa pada 1970-an... keputusan ini memperkuat perjuangan kami untuk demokrasi dan kebebasan," katanya.
Pyotr Tolstoy, kepala delegasi Rusia di Majelis Parlemen Dewan, mengatakan di saluran Telegramnya bahwa ia telah menyerahkan surat dari Menteri Luar Negeri, Sergei Lavrov, yang mengumumkan keputusan Moskow untuk meninggalkan dewan pengawas.
Dewan Eropa, yang terpisah dari Uni Eropa, membenarkan telah menerima surat Moskow.
Rusia menggambarkan invasi ke Ukraina sebagai "operasi khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina dan mencegah genosida penutur bahasa Rusia. Ukraina dan sekutu Barat menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang pilihan.
Dewan Eropa didirikan pada tahun 1949. Rusia bergabung pada tahun 1996. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...