Pasien Terduga MERS CoV di Padang Bertambah
PADANG, SATUHARAPAN.COM - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr M Djamil Kota Padang, Sumatera Barat, kembali menerima satu lagi pasien yang diduga terserang Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) dan tengah dirawat di ruang isolasi.
Kepala Humas RSUP Dr M Djamil Kota Padang, Gustafianof, Selasa (13/5), mengatakan, perempuan berinisial N (78), asal Kabupaten Padangpariaman, memasuki ruang perawatan sekitar pukul 11.30 WIB.
"Pasien ini baru pulang umrah tiga hari yang lalu dan mengalami gejala demam yang tidak terlalu tinggi, batuk, dan sesak napas," katanya.
Pasien langsung diisolasi di ruang khusus dengan dipasok oksigen dan infus, serta dilakukan uji sampel darah. "Tim dokter juga langsung melakukan rontgen thorax (foto dada) serta mengambil sampel air liur untuk dikirim ke Jakarta," ia menambahkan.
Pasien tersebut menambah daftar pasien yang diduga mengidap sindrom pernapasan timur tengah di Sumatera Barat.
Hingga saat ini sudah tercatat enam orang yang dirawat di RSUP dr M Djamil Padang. Berdasarkan uji laboratorium, empat orang dinyatakan negatif.
"Pasien yang dinyatakan negatif akan dipindahkan ke ruangan sesuai penyakit yang dideritanya. Kemungkinan ada yang boleh pulang," ujar Gustafianof dan menyatakan sebagian pasien tersebut hanya menderita radang tenggorokan.
Sebelumnya, Wakil Ketua Tim Penanganan Suspect MERS, RSUP Dr M Djamil Padang, dr Irvan Madison, SpP, menyatakan, gejala yang dialami para pasien tersebut memang mirip dengan ciri-ciri akibat virus MERS. Saat ini, tim dokter hanya bisa memastikan mereka positif mengalami radang paru-paru atau pneumonia dan demam biasa.
"Mereka memang demam, batuk, sesak napas, dan ada riwayat perjalanan ke Arab Saudi. Tapi positif atau tidaknya MERS harus menunggu hasil laboratorium," katanya.
Menurutnya, manusia bisa terinfeksi virus tersebut hanya dalam rentang waktu 14 hari setelah mengalami kontak fisik dengan hewan atau manusia yang positif mengidap MERS. "Kalau sudah lewat dua minggu, kecil kemungkinan positifnya," ujarnya.
Sementara Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan, hingga kini badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) belum pernah menyatakan kasus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Meski demikian, Indonesia tetap menaruh perhatian terhadap kasus tersebut mengingat Indonesia sebagai pengirim jemaah haji terbesar sepanjang tahun dan disusul makin meningkatnya animo jemaah umroh ke Tanah Suci, kata Suryadharma Ali seusai membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia tahun 2014 di Balai Kartini Jakarta, Selasa.
Risiko terkena serangan MERS-CoV, kata dia, berpotensi pada jemaah umrah atau pun haji untuk usia lanjut. Termasuk wanita hamil dan anak-anak yang menunaikan ibadah umrah. Karena itu, pihaknya telah mengimbau agar jemaah lanjut usia tidak dianjurkan melaksanakan umrah.
Jumlah jemaah umrah saja, menurut catatan dari Kemenag, sudah mencapai 150 ribu per bulan.
Terkait dengan jemaah usia lanjut yang sudah terdaftar dan masuk dalam kuota haji pada 2014, pihak Kementerian Agama tetap memberangkatkannya. Meski begitu penyakit tersebut harus diwaspadai. Ini risiko tinggi. "Karena itu, kita selalu mengikuti perkembangan yang terjadi bersama Kementerian Kesehatan," ia menegaskan.
Langkah preventif untuk terhindar dari serangan MERS-CoV, lanjut Menag, adalah menjaga pola hidup sehat, cukup istirahat, jangan merokok, rajin mencuci tangan dengan sabun, senantiasa menggunakan masker, tutup mulut ketika batuk, tidak mengunjungi peternakan dan tempat pemotongan hewan, menghindari kontak langsung dengan fasilitas kesehatan yang sudah terkena MERS CoV. Jika ada infeksi saluran pernafasan, agar segera berobat.
Imbauan tersebut, kata dia, sudah berkali-kali disampaikan. Ke depan, pihaknya akan membuat selebaran berupa imbauan untuk dibagikan kepada jemaah umrah. "Kita harus menyikapi dengan serius," katanya lagi.
Sebelumnya imbauan serupa disampaikan Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Fidiansyah bahwa situasi kini sudah makin serius dan perlu perhatian. Tapi, lanjut dia, belum terjadi darurat kesehatan masyarakat.
WHO pun hingga kini tidak menganjurkan penerapan restriksi perjalanan, masih dalam status "travel advise". Dan, sampai kini, kata Fidiansyah, tidak ada kasus MERS-CoV di Indonesia. (Ant)
Editor : Sotyati
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...