Paskah dan Pesan untuk Membangun Keadilan
Akhir bulan Maret tahun ini, umat Kristen di seluruh dunia menyelenggarakan serangkaian ibadah dalam perayaan Paskah. Perayaan tahun ini sebenarnya dalam situasi yang penuh kerihatinan, karena kehidupan manusia masih dirundung berbagai masalah ketidakadilan, diskriminasi, perang, korupsi, kejahatan yang serius. Planet bumi nyaris tidak pernah bebas dari perang, diskriminasi dan kejahatan terorganisasi. Kemiskinan dan kelaparan tidak pernah absen di bumi ini.
Dalam konteks Indonesia, ketidakadilan dan diskriminasi, korupsi dan kejahatan yang tergorganisasi merupakan tantangan yang sejauh ini justru memperlihatkan makin serius. Indonesia yang dalam konstitusinya menegaskan bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan hukum yang sama dan kebebasan beragama dijamin oleh negara, kekerasan yang berlatar belakang perbedaan agama dan keyakinan masih terus terjadi. Hukum berlaku tidak sama bagi pejabat dan rakyat kecil.
Lemahnya jaminan kebebasan beragama menimbulkan diskriminasi dan kekerasan. Bentuknya berupa penyerangan terhadap rumah ibadah dan para penganut agama atau keyakinan yang berbeda. Bahkan ada kelompok yang tidak bisa mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena keyakinan yang mereka anut.
Masalahnya menjadi sangat mendasar, karena hal itu justru dilakukan oleh lembaga negara dan pemerintahan di pusat dan di daerah. Tindakan-tindakan yang meruntuhkan pilar-pilar konstitusi justru dilakukan oleh lemabaga dan perorangan yang memegang mandat untuk menjaga konstitusi. Bahkan mereka yang telah bersumpah untuk menjalankan konstitusi.
Dalam konteks ini, pesan Paskah yang berpusat pada kasih, pengampunan dan perdamaian, menjadi pesan yang penting bagi Indonesia dengan mewujudkan keadilan. Perdamaian yang juga menjadi harapan bagi bangsa Indonesia hanya akan terwujudkan melalui perilaku adil yang dilakukan oleh setiap individu. Dan negara berkewajiban menjaga dan menjalankan keadilan.
Diskriminasi, kekerasan, korupsi dan kejahatan terorganisasi yang belakangan ini banyak disebut tumbuh dengan subur, terjadi karena meredupnya keadilan; karena keadilan diabaikan, bahkan digadaikan. Dan kehidupan damai yang divisikan tampak semakin samar. Pesan Paskah adalah seruan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk bergandengan tangan mewujudkan keadilan dan kepedulian pada sesama.
Dalam tingkatan global, suasana Paskah berhadapan dengan masalah dunia yang penuh kekerasan dan ketimpangan. Planet bumi ini bisa dikatakan belum pernah bebas dari peperangan antarbangsa dan kelompok. Sampai abad ke-21 yang sangat moderen ini pun belum mampu mengatasi masalah kelaparan, dan ketimpangan di antara umat manusia.
Di berbagai belahan bumi, letusan senjata terus terdengar. Berbagai negara mengeluarkan belanja yang besar untuk memproduksi dan memiliki senjata yang dipersiapkan untuk membunuh sesamanya. Di kantor Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), perundingan untuk mengontrol perdagangan senjata pada Kamis (28/03) gagal disepakati.
Perang telah menimbulkan banyak penderitaan, dan menghacurkan budaya manusia serta pondasi tata pergaulan umat manusia yang saling mendukung. Jejak perang tak mudah dihapus, seperti yang banyak terjadi di negara-negara Afrika, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Jejak itu adalah kemiskinan dan kelaparan. Masalah-masalah keamanan telah menimbulkan hambatan dalam produksi dan distribusi pangan secara global.
Oleh karena itu, pesan Paskah bukanlah pesan untuk umat Kristen saja, tetapi juga untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini. Kasih, pengampunan, perdamaian dan keadilan adalah pesan yang universal, dan harapan seluruh umat manusia. Maka, pesan ini pantas menjadi simpul bagi umat manusia bergandengan tangan untuk secara aktif bekerja membangun kehidupan damai di bumi.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...