Patriark Laham: Tragedi Terberat Sejak PD II Dialami Kristen TImur Tengah
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM – Timur Tengah telah menjadi penderitaan paling berat bagi umat Kristen sejak Perang Dunia II. Demikian dikatakan Patrairk Gereja Katolik Yunani, Gregoire Laham dalam pesannya pada masa pra Paskah.
Penderitaan ‘’jalan salib’’ Timur Tengah merupakan tragedi terbesar sejak Perang Dunia II, kata dia. Gereja, meskipun telah upaya, mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan yang dihadapinya di wilayah tersebut.
"Kami gagal mengatasi penderitaan rakyat kita di semua lapisan, Kristen dan Muslim. Ini adalah penderitaan universal," kata dia.
"Kami sebagai pendeta bersama warga kami, di sisi mereka, di depan mereka, di belakang mereka," kata Patriark Laham, menambahkan bahwa itu adalah "membasuh kaki mereka yang menderita seperti Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya."
"Kami berada di tahun kelima dari jalan salib ini," terutama di wilayah Palestina, Suriah, Irak dan dan Lebanon, "yang dipengaruhi jalan perang yang tragis, yang mengacaukan sekitarnya," kata Patriark Laham.
"Ini adalah tragedi terbesar dalam sejarah, bukan hanya di wilayah tersebut, tetapi di dunia, sejak Perang Dunia II. Kami menyerukan kepada semua warga negara dan anak-anak kita untuk tidak membiarkan api harapan dipadamkan dalam hatimu," kata dia.
Patriark kelahiran Suriah itu juga menyebutkan bahwa Lebanon telah menerima gelombang pengungsidari Palestina sejak tahun 1949, dari Suriah sejak tahun 2011 dan, saat ini dari Irak.
Lebanon kini menampung lebih dari 1,5 juta pengungsi, sebagian besar dari Suriah dan arus pengungsi Kristen Irak yang meningkat. Hal itu membuat ketegangan di negara yang penduduknya sekitar empat juta orang.
"Berapa banyak orang yang mendengar tentang semua cerita penderitaan," katanya. Dia mencatat bahwa meskipun Gereja mendorong umat beriman di wilayah tersebut untuk tetap dan terus berepgang pada "tali harapan dan iman dan berserah pada kehendak Allah," pada saat yang sama, diambil keputusan untuk tinggal atau meninggalkan negara "adalah keputusan pribadi dan tanggung jawab setiap individu dan setiap keluarga. "
"Tapi kita sebagai pendeta, kami akan tetap bersama semua orang yang tinggal, dan melayani mereka... dengan semua kekuatan kami," tambah Patriark Laham.
Dia mengucapkan terima kasih kepada warga Muslim yang membatu orang Kristen untuk tetap tinggal di Timur Tengah. Dia menyebutkan pemimpin Al-Azhar, lembaga terkemuka Islam Sunni, dan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi.
Kristen Timur Tengah
Dalam pesan terpisah, Kardinal Bechara Rai, Patriark Gereja Maronit, menyerukan upaya yang lebih besar untuk mempertahankan keberadaan Kristen di Timur Tengah.
"Anda tahu, saudara-saudaraku, orang yang dicintai, bagaimana kebutuhan rakyat kita di Lebanon, Suriah, Irak, Mesir dan Tanah Suci, karena perang dan kehancuran dan pengungsian, serta pemindahan dan pemiskinan karena krisis ekonomi dan meningkatnya biaya hidup, pengangguran dan terbatasnya kesempatan kerja, "kata kardinal Lebanon itu.
Dia mendesak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kampanye penggalangan dana tahunan, Caritas Lebanon, yang "ditjukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut." Hal itu harus ditangani dalam amal dan cinta.
Dia juga meyakinkan orang-orang bahwa "Kristus adalah mampu memperbaharui segala sesuatu di sekitar kita," dan menyerukan puasa dan doa untuk perdamaian. (CNS)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...