Loading...
DUNIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 16:27 WIB | Minggu, 18 Januari 2015

Paus Fransiskus: Dunia Perlu Belajar Menangis

Paus Fransiskus: Dunia Perlu Belajar Menangis
Sebelum Misa, Paus sempat bertemu dengan anak0anak jalanan di Universitas Santo Tomas. (Foto: AP)
Paus Fransiskus: Dunia Perlu Belajar Menangis
Jutaan orang sudah berkumpul di Rizal Park, Manila menunggu misa akbar yang akan dipimpin oleh Paus Fransiskus.

MANILA, SATUHARAPAN.COM -  Dalam lanjutan tur-nya di Filipina, Puas Fransiskus mengatakan dunia perlu belajar bagaimana untuk menangis dengan mereka yang membutuhkan.

“Mereka orang yang berada di pinggiran menangis. Mereka yang di pinggir jalan menangis. Mereka yang dibuang menangis. Tapi mereka yang menjalani kehidupan kurang atau lebih tanpa membutuhkan apapun, terkadang tidak tahu bagaimana caranya menangis,” kata dia ketika berbicara di hadapan 20 ribu siswa, untuk memperingati meninggalnya perempuan berusia 27 tahun  pada saat Paus berkunjung ke Tacloban.

Sementara itu, ribuan orang telah tiba di Rizal Park pada Minggu (18/1) pagi sebelum Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus dimulai. Pemerintah Filipina memperkirakan akan ada enam juta orang yang akan menghadiri Misa pada Minggu (18/1) sore, menurut media setempat.

Dua puluh tahun lalu, lebih dari lima juta orang menghadiri Misa yang digelar juga di tempat yang sama oleh Paus Yohanes Paulus II.

Vatikan mengatakan bahwa pelayanan Paus Fransiskus kali ini akan lebih berfokus kepada korban Topan Haiyan yang menghancurkan negara itu pada 2013 lalu.

Misa ini akan menjadi hari terakhir Paus di Filipina di mana ada sekitar 80 juta umat Katolik di negeri tersebut sekaligus menjadi puncak tur enam hari di Asia.

Beberapa orang bahkan berkemah di luar taman semalam untuk menjadi yang pertama hadir ketika pintu gerbang dibuka pada Minggu (18/1) pagi.

“Kami adalah penggemar Paus,” kata Bernie Nacario kepada AFP di Manila.

“Paus adalah alat yang dipakai oleh Tuhan dan jika Anda dapat berkomunikasi dengan dia, itu seperti Anda berbicara dengan Tuhan.”

 Sebelum misa terakhir, Paus mengadakan pertemuan pagi dengan pemuka agama dan anak-anak muda di Universitas Santo Tomas yang merupakan universitas katolik terbesar di Asia.

 Paus membuka pertemuannya dengan lebih dari 20.000 siswa dan mengingat perempuan berusia 27 tahun yang meninggal pada saat dia berkunjung ke Tacloban.

Polisi melaporkan bahwa dia meninggal ketika perancah runtuh setelah misa pada Sabtu (17/1).

Paus kemudian mendengarkan beberapa anak berbicara tentang pengalaman mereka tumbuh di jalanan.

Salah satu anak bernama Glyzelle Palomar (12) menangis saat dia bercerita dan bertanya mengapa Tuhan mengizinkan hal itu terjadi.

Kemudian Paus menjawab: “Ketika kita menangis, kita bisa mendekat dan menanggapi pertanyaan Anda.”

Dia menambahkan bahwa dunia perlu belajar bagaimana untuk menangis dengan mereka yang membutuhkan.

“Mereka orang yang berada di pinggiran menangis. Mereka yang di pinggir jalan menangis. Mereka yang dibuang menangis. Tapi mereka yang menjalani kehidupan kurang atau lebih tanpa membutuhkan apapun, terkadang tidak tahu bagaimana caranya menangis,” kata dia.

Paus mengatakan bahwa kita perlu mendengarkan perempuan dan anak perempuan di dalam masyarakat.

“Para perempuan pasti memiliki banyak keluh kesah yang harus dikatakan.”

Korban Topan Haiyan yang Selamat

Pada Sabtu (17/1) Paus mengunjungi wilayah yang dilanda Topan Haiyan yang terjadi sudha lebih dari satu tahun yang lalu.

Paus mengatakan saat dia melihat bencana karena topan, dia memutuskan untuk pergi ke Filipina.

Dia dijadwalkan untuk makan siang dengan para korban yang selamat dari bencana Tacloban namun hanya sebentar karena terkena badai tropis.

Sebelum berangkat ke Manila, Paus mengadakan misa di luar ruangan untuk sekitar 150.000 jemaat di tengah angin kencang dan hujan lebat.

Selama misa, Paus berbicara tentang dampak mengerikan dari Topan Haiyan.

Dia mengatakan kepada para umat bahwa “banyak dari Anda di Tacloban telah kehilangan semua yang Anda miliki. Saya tidak tahu harus berkata apa. Tapi Tuhan tahu. Dia melihat banyak cobaan yang sudah Anda lalui.”

Topan Haiyan yang merupakan badai terkuat yang pernah tercatat di negara tersebut menciptakan 7 meter gelombang badai yang tinggi dan menghancurkan semua apa yang ada di jalan ketika menyapu daratan itu pada 8 November 2013.

Lebih dari 14,5 juta orang terkena dampak di enam wilayah dan 44 provinsi. sekitar satu juta orang telah kehilangan tempat tinggal mereka.

Selama kunjungan Paus di Manila, pemerintah menetapkan sebagai hari libur nasional. (bbc.com)

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home