Paus Fransiskus Serukan Pemuda Terbuka Terhadap Imigran

KRAKOW, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus menyerukan kepada generasi muda yang berkumpul di acara World Youth Day 2016 di Krakow, Polandia agar membuka hati dan menerima imigran.

Paus Fransiskus mengatakan – seperti diberitakan bbc.com, hari Jumat (29/7) –  imigran di Eropa harus dilihat dan dimaknai dengan hati terbuka dan penuh pengampunan.

Bapa Suci umat Katolik tersebut memberi contoh tindakan mengampuni dengan mengunjungi kamp konsentrasi Auschwitz yang dahulu digunakan tentara Nazi untuk memusnahkan umat Yahudi di Perang Dunia II.

Dia mendesak orang muda Katolik  menunjukkan kasih sayang, karena hati penyayang merupakan tempat berlindung bagi mereka yang tidak memiliki rumah.

Paus Fransiskus menambahkan hati yang penuh belas kasihan sama artinya dengan membantu keluarga yang hendak membangun kembali rumah yang diterpa badai.

Seruan Paus Fransiskus yang membuka diri terhadap imigran merupakan pernyataan yang bertolak belakang dengan kebijakan Polandia, seperti diberitakan Independent beberapa bulan lalu, Pemimpin partai berkuasa di Polandia, PiS, Jaroslaw Kaczynski menyatakan Polandia saat ini tidak akan mematuhi resolusi perintah Uni Eropa untuk menampung pengungsi dengan alasan keamanan.

“Saat ini kami belum bisa memastikan keamanan, melihat kondisi keamanan di Eropa,” kata Kaczynski.

Sebelumnya Uni Eropa memerintahkan negara anggota untuk ikut menerima para pengungsi,  atau harus membayar 250 ribu euro untuk setiap pencari suaka yang mereka tolak.

Selain memberi homili bagi generasi muda, dan mengunjungi kamp konsentrasi Auschwitz, Paus Fransiskus juga mengunjungi Biara Jasna Gora yang biasa dikunjungi pemeluk agama Katolik di Polandia.

Di biara tersebut pemimpin tertinggi umat Katolik asal Argentina itu juga melakukan doa khusus di salah satu sudut di biara tersebut dan di dekatnya terdapat patung yang dikenal dengan Black Madonna. Patung tersebut sudah dikenal sejak abad keenam.(bbc.com/independent.co.uk)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum