Paus Fransiskus Tiba di Betlehem
BETLEHEM, SATUHARAPAN.COM - Paus Fransiskus tiba di kota Betlehem, Tepi Barat, pada Minggu (25/5) untuk memulai kunjungan selama dua hari di wilayah Palestina dan Israel.
Pemimpin tertinggi umat Katolik itu tiba dengan sebuah helikopter Yordania yang mendarat di sebuah landasan di kota yang dikenal sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus, dan lokasi Paus akan mengadakan misa publik pada pagi hari.
Kedatangannya di Tepi Barat, setelah memulai lawatan di Yordania pada Sabtu, menandai dimulainya bagian paling sensitif dari kunjungannya di Timur Tengah selama tiga hari yang bertujuan membentuk perdamaian regional dan meredakan keretakan lama dalam dunia Kristen.
Walaupun Paus Fransiskus sendiri mengatakan kunjungan akan bersifat “murni kunjungan religius,” Israel dan Palestina akan berupaya memanfaatkan lawatannya untuk membahas beberapa agenda politik.
Setelah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Paus akan berkendara dengan mobil terbuka di Betlehem menuju ke Manger Square saat dirinya akan memberikan misa yang dihadiri hampir 10.000 orang.
Sementara di Yerusalem, pihak kepolisian menahan 26 ekstremis Yahudi yang menggelar aksi protes di sebuah lokasi penting di Gunung Zion di luar Old City, yang juga akan menjadi lokasi misa Paus pada Senin, ujar seorang juru bicara.
Penahanan itu terjadi beberapa jam sebelum Paus Fransiskus tiba di Yerusalem.
“Para pendemo di Makam Raja Daud melempari batu dan botol ke arah aparat keamanan, menyebabkan dua petugas kepolisian terluka ringan,” ujar juru bicara Micky Rosenfeld, merujuk pada situs yang dianggap suci oleh umat Kristen, Yahudi dan Muslim.
“Di antara mereka yang ditahan merupakan seorang tentara yang mengancam seorang petugas kepolisian dengan senjatanya saat salah satu temannya ditahan,” tambahnya, mengatakan beberapa di antaranya menerobos ke sebuah ruangan yang menjadi lokasi makam kuno sebelum dievakuasi.
Radio publik Israel mengatakan 150 ekstremis berkumpul untuk mengecam kunjungan Paus dan meneriakkan slogan-slogan yang ditujukan pada kekejaman yang dilakukan pihak gereja terhadap orang Yahudi selama Perang Salib dan Inkuisisi.
Lantai paling atas dari bangunan itu menjadi lokasi yang dikenal penganut Kristen sebagai Cenacle, tempat Yesus Kristus melakukan Perjamuan Terakhir dan saat para pengikutnya dibaptis oleh Roh Kudus pada Pantekosta.
Di bawah hukum Israel, penganut Kristen hanya diizinkan berdoa dua kali dalam setahun, dan rencana Paus menggelar misa di sana mendorong aksi protes selama beberapa pekan dan sejumlah insiden perusakan bersifat anti-Kristen. (AFP)
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...