Paus Hadiahi Bola Kerajaan kepada Pangeran George
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM - Paus Fransiskus memberikan Pangeran George bola kerajaan (royal orb) berwarna biru dengan hiasan salib perak pada Kamis (3/4) ketika ia bertemu dengan buyut sang pangeran, yakni Ratu Elizabeth II, untuk pertama kalinya.
Paus mempersembahkan bola berwarna biru dengan hiasan salib di atasnya itu kepada Ratu Elizabeth untuk diberikan kepada Pangeran George, yang merupakan anak Pangeran William dan Catherine Middleton.
"ini sangat bagus, dia akan senang dengan hadiah ini ... nanti saat dia sudah besar," kata Ratu Elizabeth II setelah menerima bola kerajaan dari Paus.
Bola tersebut merupakan lambang kekuasaan raja yang pada zaman Romawi kuno digunakan sebagai simbol alam semesta, sebelum diadaptasikan oleh orang Kristen yang menambahkan salib di atasnya untuk melambangkan dunia di bawah agama Kristen.
Sang ratu memberikan Paus berbagai barang termasuk hasil ladang yang ditanam di kebun istana kerajaan dan wiski.
Pertemuan dengan Paus merupakan kunjungan ke luar negeri perdana Ratu Elizabeth (87) sejak 2011.
Doa untuk Rwanda
Beberapa jam sebelum Paus Fransiskus menemui Ratu Elizabeth II, Paus menerima kunjungan uskup-uskup dari Rwanda.
Paus Fransiskus mengatakan kepada sekelompok uskup asal Rwanda bahwa ia masih memanjatkan doa bagi para korban genosida di negara mereka, pada saat Rwanda bersiap untuk memperingati 20 tahun tragedi tersebut.
“Dengan segenap hati, saya merasa berduka,” ujar Paus dalam sebuah pertemuan dengan sembilan uskup Rwanda.
“Saya yakinkan kepada Anda bahwa saya memanjatkan doa bagi Anda sekalian, rakyat Anda, semua korban genosida dan keluarga mereka serta semua rakyat Rwanda,” tanpa memandang agama, suku atau afiliasi politik, ujar Paus.
Pertemuan tersebut digelar untuk membicarakan tentang genosida pada 1994. Dalam tragedi tersebut, 800 ribu jiwa, sebagian besar etnis Tutsi, dibantai dalam kurun waktu sekitar 100 hari. Paus mengatakan bahwa peristiwa tersebut membuka “banyak luka yang masih belum terobati.”
Namun ia mengatakan meskipun rekonsiliasi dan pemulihan “tampak mustahil”, hal ini masih menjadi “prioritas Gereja Katolik... meskipun jalan masih panjang dan membutuhkan kesabaran, dialog dan rasa saling menghormati.”
Ia menambahkan bahwa gereja Katolik memiliki peran penting dalam “masyarakat Rwanda yang damai.”
Peringatan untuk mengenang para korban genosida dimulai di Rwanda pada Selasa pekan ini, dan masa berkabung dimulai secara resmi pada 7 April mendatang. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...