PBB: 1,8 Miliar Orang Hidup di Permukiman Kumuh
SATUHARAPAN.COM- Memiliki rumah yang layak sekarang, lebih dari sebelumnya, adalah masalah hidup dan mati. Karena COVID-19 terus menyebar, orang-orang diminta untuk tinggal di rumah, tetapi tindakan sederhana ini tidak mungkin dilakukan bagi orang-orang yang tidak memiliki perumahan yang layak.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menetapkan hari Senin pertama bulan Oktober setiap tahun sebagai Hari Habitat Dunia untuk merefleksikan keadaan kota-kota kita, dan tentang hak dasar semua orang atas tempat tinggal yang layak.
Hari itu juga dimaksudkan untuk mengingatkan dunia bahwa kita semua memiliki kekuatan dan tanggung jawab untuk membentuk masa depan kota-kota kita.
Diperkirakan 1,8 miliar orang masih tinggal di permukiman kumuh dan informal, perumahan yang tidak memadai atau hidup sebagai tunawisma di kota-kota kita di seluruh dunia sebelum pandemi dimulai.
Sekitar tiga miliar orang masih hidup di permukiman yang kekurangan fasilitas cuci tangan. Yang ini berarti masih banyak yang menghadapi situasi kesehatan yang buruk karena tidak adanya layanan dasar dan paparan berbagai bahaya sosial-ekonomi dan lingkungan.
Menurut organisasi buruh dunia, ILO, 55 persen populasi dunia, sekitar 4 miliar orang, tidak mendapat manfaat dari segala bentuk perlindungan sosial. Perumahan adalah hak asasi manusia dan katalisator untuk semua hak fundamental lainnya. Ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan “hak atas kota untuk semua.”
Sekjen PBB, Antonio Guterres juga menyebutkan bahwa rumah itu juga bukan sekadar atap. (un.org)
Editor : Sabar Subekti
Zelenskyy Bertemu Para Pemimpin Eropa Saat Trump Segera Menj...
BRUSSLES, SATUHARAPAN.COM-Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, bertemu pada hari Rabu (18/12) deng...