PBB: Anti-Semit Adalah "Burung Kenari di Tambang Batubara"
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Pelapor Khusus PBB untuk kebebasan beragama atau berkeyakinan, Ahmed Shaheed, memperingatkan meningkatnya sikap dan ujaran anti-semit di berbagai kelompok di dunia.
Ahmed Shaheed di markas PBB, di New York, hari Kamis (17/10) mengatakan, anti-semit yang disebutnya sebagai “racun bagi demokrasi” bisa menjadi ancaman bagi semua masyarakat, jika tidak ditangani. Dan dia mendorong negara-negara untuk menangkal hal ini dengan lebih banyak investasi pada pendidikan.
Selain menyampaikan pada Majelis Umum, Shaheed juga menyampaikan hal yang sama pada panel diskusi hari berikutnya. Menurut dia, anti-Semitisme meningkat di antara kelompok-kelompok politik, kanan maupun kiri. “Saya terkejut dengan meningkatnya penggunaan kiasan dan ungkapan anti-semit oleh supremasi kulit putih, termasuk neo-Nazi dan anggota kelompok Islam radikal, melalui slogan, gambar, stereotip dan teori konspirasi, dan dilakukan untuk menghasut dan membenarkan permusuhan, diskriminasi dan kekerasan terhadap orang Yahudi.”
“Saya juga prihatin dengan meningkatnya ekspresi anti-Semitisme yang berasal dari sumber-sumber di sayap kiri politik dan tentang praktik-praktik negara yang diskriminatif terhadap orang Yahudi,” kata Shaheed.
Dia mengungkapkan bahwa anti-semitisme adalah tanda dan peringatan yang jelas dari kebencian global. Hal itu dia gambarkan sebagai “burung kenari di tambang batu bara” yang memberi peringatan yang cepat dan jelas adanya bahaya (gas beracun).
Dalam laporannya, Pelapor Khusus itu menggambarkan Holocaust terhadap orang-orang Yahudi selama Perang Dunia Kedua, sebagai contoh nyata bagaimana kebencian agama dan ras dapat menyebabkan genosida dan perusakan masyarakat.
Dilaporkan bahwa peningkatan insiden anti-semitisme sedang dilaporkan secara internasional, termasuk kekerasan, diskriminasi dan ekspresi permusuhan. Hal itu sedang didorong melalui internet, dengan ujaran kebencian yang anti-semit disebarkan secara online, dan menjadi semakin lazim.
Shaheed mendesak negara-negara untuk berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan, di semua tingkatan, untuk memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang anti-Semitisme. “Pendidikan adalah faktor kunci dalam menangani masalah ini dan mencegah insiden kebencian di masa depan.” Sebab, hal itu menyangkut masalah hak asasi manusia, yang mempengaruhi seluruh hak, termasuk hak untuk hidup.
Dia mengatakan bahwa ungkapan anti-semitisme tersebar luas, dan berasal dari semua sektor masyarakat, termasuk para pemimpin dunia dan kepala Negara. Sebuah fenomena yang digambarkan oleh Shaheed sebagai "sangat serius".
Dia menyerukan agar anti-Semitisme ditempatkan di dalam kerangka kerja hak asasi manusia, di mana warga negara diberdayakan dengan pemikiran kritis, empati, dan literasi yang diperlukan untuk menolak ideologi ekstremis, termasuk propaganda anti-semit.
Negara juga harus menghapus diskriminasi, permusuhan, atau kekerasan berdasarkan agama atau kepercayaan, termasuk terhadap orang Yahudi, kata Shaheed. Dia merekomendasikan jejaring antar agama untuk meningkatkan kohesi sosial.
Editor : Sabar Subekti
Pemberontak Suriah: Kami Tak Mencari Konflik, Israel Tak Pun...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin kelompok pemberontak Islamis Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ...