PBB Bantu 70.000 Warga Kurdi Suriah Lari ke Turki
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 70.000 warga Kurdi Suriah mengalir ke Turki sejak Jumat (19/9), melarikan diri dari serangan kelompok garis keras Negara Islam (NIIS) di timur laut Suriah, kata badan pengungsi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Minggu (21/9).
UNHCR "meningkatkan respon untuk membantu Turki memberikan bantuan kepada diperkirakan 70.000 warga Suriah yang menyeberang ke Turki ", sebagian besar dalam 24 jam terakhir, kata badan itu dalam satu pernyataan.
Selimut, alas tidur dan peralatan dapur sedang dikirim, dengan 20 truk bantuan dan sudah diberikan, katanya.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Antonio Guterres, memuji Turki untuk kebijakannya menerima para pengungsi. Negara ini sedang membangun dua kubu dengan UNHCR membantu tempat bernaung bagi warga Kurdi Suriah.
"Arus besar ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menawarkan dan melestarikan ruang suaka kepada orang-orang Suriah serta kebutuhan untuk memobilisasi dukungan internasional dari negara-negara tetangga yang begitu murah hati," katanya.
AS Cemaskan Serangan Gas Klorin di Suriah
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Minggu (21/9) kembali menegaskan kekhawatiran AS, atas penggunaan gas klorin terhadap warga sipil di Suriah dan memperingatkan rezim Presiden Bashar al-Assad bahwa pihaknya akan dimintai pertanggungjawaban.
Kerry merujuk pada laporan dari Organisasi untuk Pencegahan Senjata Kimia (OPCW) yang menyimpulkan “dengan penuh keyakinan” bahwa klorin digunakan secara sitematis dan berulang kali sebagai senjata di Suriah utara.
Komentar Kerry disampaikan, saat Damaskus mengungkapkan pihaknya sudah menyerahkan semua senjata kimianya, bekerja sama sepenuhnya dengan OPCW dan mematuhi Konvensi Senjata Kimia.
Kerry mengatakan, bahwa laporan OPCW mengutip pernyataan dari beberapa saksi mata bahwa sejumlah helikopter dikerahkan dalam serangan gas klorin, yang menurut Kerry “secara gamblang menunjukkan kesalahan Suriah” karena pemberontak tidak punya helikopter.
“Laporan itu juga menyebutkan bahwa terjadi serangan tambahan pada Agustus yang kata saksi mata mirip dengan kejadian yang juga menggunakan gas klorin,” ucap Kerry.
“Temuan tersebut, ditambah dengan kekhawatiran mendalam sehubungan dengan akurasi dan kelengkapan deklarasi Suriah kepada OPCW, menimbulkan kecemasan bahwa serangan kimia rezim terhadap rakyat Suriah bisa terjadi,” ungkap Kerry.
“Amerika Serikat sangat khawatir dengan temuan dalam laporan itu, yang mengarah pada pelanggaran terhadap Konvensi Senjata Kimia,” katanya. “Rezim Assad harus tahu bahwa pihaknya akan dimintai pertanggungjawaban atas penggunaan (senjata kimia) dalam komunitas internasional.” (AFP/Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...