PBB Berencana Isolasi Wilayah Utama Penularan Ebola
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengusulkan untuk menutup atau mengisolasi wilayah yang paling banyak terjadi penularan virus Ebola yang akan berdampak pada kehidupan sekitar satu juta orang.
Pada hari Rabu (13/8), Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, mengadakan rapat koordinasi PBB untuk menanggapi wabah virus Ebola di Afrika Barat. Penyakit menular dan mematikan ini mempengaruhi lebih dari sejuta orang di wilayah yang disebut sebagai "zona panas penularan" di perbatasan tiga negara, Guinea, Liberia dan Siera Leone.
Data terbaru WHO menyebutkan dalam dua hari (10 -11/8) tercatat 128 kasus baru dengan 56 kematian, di tiga negara itu. Total kasus telah mencapai 1.975 dan korban meninggal 1.069 orang, termasuk dari tiga negara itu dan Nigeria.
Direktur Jenderal WHO, Dr Margaret Chan, memberikan briefing untuk negara-negara anggota PBB di Jenewa. Dia mengatakan bahwa wabah penyakit ini menempatkan setiap kota dengan bandara internasional berisiko kasus penyakit impor ini, dan belum ada yang berbicara bagaimana mengakhiri secepatnya wabah ini.
"Keputusan untuk menutup zona panas penularan penyakit, yaitu daerah perbatasan Guinea, Liberia, dan Sierra Leone, sangat penting untuk menghentikan penularan meluas melalui pergerakan orang yang melintasi perbatasan," kata Chan.
"Lebih dari satu juta orang terkena dampaknya. Mereka membutuhkan dukungan kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan," kata dia. "Isolasi zona ini telah membuat lebih sulit bagi lembaga, seperti MSF (Médecins Sans Frontières), dalam membawa staf dan persediaan," kata dia.
Keadaan Darurat
Sekjen PBB menjelaskanperlunya seluruh sistem PBB untuk mendukung upaya WHO dalam memerangi wabah Ebola ini.
Pada hari Selasa, Ban menunjuk Dr David Nabarro sebagai Koordinator PBB untuk mengatasi Ebola. Wabah Ebola sendiri telah ditetapkan sebagai "keadaan darurat kesehatan masyarakat dan perlu perhatian internasional.”
Virus Ebola diketahui sangat menular dan mematikan. Namun penularan tidak melalui udara. Penularan membutuhkan kontak dekat dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, yang dapat terjadi selama perawatan kesehatan, perawatan di rumah, atau praktik penguburan jenazah secara tradisional, yang melibatkan kontak dekat anggota keluarga dan teman-teman dengan tubuh korban.
Masa inkubasi virus ini berkisar dua hingga 21 hari, tetapi pasien bisa menularkan hanya setelah timbulnya gejala. Secara umum ketika gejala itu memburuk, kemampuan untuk menularkan virus meningkat. Akibatnya, pasien biasanya paling mungkin untuk menulari orang lain pada tahap parah dari penyakit ini. Pasien dalam kondisi ini terlihat ketika secara fisik dia terlalu sakit dan lemah untuk melakukan perjalanan. (un.org)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...