PBB Desak Rusia Kembali ke Perundingan Laut Hitam
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mendesak Rusia untuk kembali ke pembahasan untuk mengijinkan ekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam, sejalan dengan usulan yang dia buat untuk Presiden Rusia Vladimir Putin.
Rusia tidak melanjutkan pembahasan pada pekan lalu, beralasan karena adanya penolakan permintaan peningkatan ekspor makanan dan pupuk yang diminta dan bahwa tidak banyak biji-bijian asal Ukraina yang mencapai negara-negara miskin dari Kesepakatan Laut Hitam itu.
"Dengan penghentian Inisiatif Laut Hitam, golongan paling rentan adalah yang membayar harga paling tinggi," ujar Guterres dalam KTT Sistem Makanan PBB di Roma, Senin (24/7). "Ketika harga makanan naik, semua orang akan terkena dampaknya".
Sejak Rusia keluar dari kesepakatan dan mulai menyerang pelabuhan-pelabuhan pengekspor makanan Ukraina di Laut Hitam dan sungai Danube, harga saham gandum dan jagung meningkat secara global.
"Ini sangat menghancurkan terutama bagi negara-negara rentan yang berjuang untuk memberi makan rakyatnya," kata Guterres.
Guterres menyurati Putin pada 11 Juli dalam upaya terakhirnya untuk menyelamatkan kesepakatan tersebut. Ia mengusulkan Rusia memperluas kesepakatan --dengan batas harian empat kapal berlayar ke Ukraina dan empat kapal berlayar meninggalkan Ukraina-- sebagai imbalan untuk menghubungkan anak perusahaan Bank Pertanian Rusia, Rosselkhozbank, ke sistem pembayaran global, SWIFT.
Permintaan kunci dari Moskow adalah untuk menyambungkan Rosselkhozbank ke SWIFT. Uni Eropa memutuskan sambungan itu pada Juni 2022.
"Saya memanggil Federasi Rusia untuk kembali ke implementasi Inisiatif Laut Hitam, sejalan dengan proposal terakhir kami," ujar Guterres. "Saya mendesak komunitas global untuk bersatu mencari solusi efektif dalam upaya penting ini," ujarnya.
Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam diprakarsai oleh PBB dan Turki setahun yang lalu untuk memerangi krisis pangan global yang diperparah oleh invasi Rusia ke Ukraina. Ukraina dan Rusia merupakan eksportir biji-bijian terbesar dunia.
Ekspor biji-bijian Rusia telah meningkat selama perang, namun ekspor amonia dan pupuk berbahan dasar potassium telah menurun drastis.
"Saya tetap berkomitmen untuk memfasilitasi akses tanpa hambatan ke pasar global untuk produk makanan dan pupuk baik dari Ukraina maupun dari Federasi Rusia, dan untuk tercapainya keamanan pangan yang berhak diterima semua orang," kata Guterres. (Reuters)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...