PBB Dorong Perempuan Aktif Ambil Keputusan Hadapi Krisis
SATUHARAPAN.COM – UN Women—Badan PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan—memperingati Hari Pekerja Kemanusiaan Dunia, Rabu (19/8), dengan mendorong kesetaraan perempuan dalam membuat keputusan dalam kedaruratan dan menekan bencana.
Sebab, krisis berdampak pada perempuan, anak perempuan, anak laki-laki dan laki-laki secara berbeda. Dalam webnya yang diunggah pada Selasa mereka menyatakan, “Kami bekerja secara proaktif dengan pekerja kemanusiaan untuk memastikan rencana tanggap darurat secara memadai mengintegrasikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Perempuan dan anak perempuan bersama-sama didorong untuk memahami dan memenuhi kebutuhan dan kerentanan mereka. Perempuan diarusutamakan dalam penilaian, pelaporan dan alat pemantauan kemanusiaan. Dan, perempuan yang punya keahlian harus dimasukkan di tim kemanusiaan yang merespons krisis.”
Dignity kit untuk korban gempa Nepal. (Foto: UN Women/Samir Jung Thapa) |
Di Nepal, UN Women memfasilitasi pertemuan dengan kelompok-kelompok perempuan nasional dan masyarakat sipil pada hari setelah gempa. Mereka melaporkan kesulitan yang dihadapi perempuan dan anak perempuan dalam mengakses layanan kemanusiaan terutama karena diskriminasi dan ketidaksetaraan gender.
Mereka mengembangkan "Piagam Umum Tuntutan Perempuan" menyikapi respons kemanusiaan dan perencanaan strategis pemulihan awal. UN Women dan para mitra juga membagikan dignity kit—peralatan khusus perempuan, misal sabun, handuk, pakaian dalam—dan mendirikan pusat-pusat perempuan serbaguna untuk mencegah dan menangani kekerasan berbasis gender, khususnya di kalangan pengungsi. UN Women telah memainkan peran aktif dalam merespons di pusat konflik seperti Irak, Suriah dan Sudan Selatan. Insiatif “Oasis” yang didukung UN Women di kamp pengungsi Za'atari di Yordania telah menolong ribuan pengungsi perempuan dan anak perempuan Suriah dalam memberikan perlindungan, mengintervensi kekerasan berbasis gender, memberi dukungan psikologis, pendidikan, dan kegiatan rekreasi. Oasis juga memberi pelatihan perdagangan dan program yang menghasilkan uang tunai.
Pelatihan di kamp pengungsi Suriah. (Foto: UN Women Jordan/Abdullah Ayoub) |
Di Sudan Selatan, UN Women mendirikan "pusat ramah perempuan dan anak perempuan" di Juba. Pusat itu menyediakan ruang yang aman bagi perempuan untuk bertemu secara teratur untuk berjejaring, berbagi, berdiskusi masalah dan mencari bantuan. Mereka juga memberikan workshop tentang keaksaraan, keterampilan kejuruan, hak asasi manusia, pencegahan kekerasan berbasis gender, perdamaian, dan rekonsiliasi.
Di negara-negara yang terkena dampak krisis Ebola di Afrika Barat, UN Women mendukung usaha memperkuat ketahanan dan advokasi untuk meningkatkan pemahaman tentang dimensi gender dari wabah dan pentingnya dalam membantu untuk mengekang penyebaran dan mengurangi dampaknya. Ahli kemanusiaan gender dalam aksi kemanusiaan dikerahkan untuk mendukung respons yang berkelanjutan dan UN Women bekerja sama dengan United Nations Country Team di Sierra Leone meluncurkan Strategi Pengarusutamaan Gender dalam Menghadapi Ebola pada puncak krisis di Oktober 2014.
Pengurangan Risiko Bencana
UN Women juga menyatakan, “Walaupun bencana makin mengganggu planet kita, kami mendorong untuk lebih sensitif gender saat menganalisis risiko bencana dan mengurangi penyebabnya dengan mempertimbangkan peran dan norma gender dalam budaya tertentu dan masyarakat.” Untuk itu, UN Women mempromosikan kebijakan, monitoring dan evaluasi sensitif gender serta mengintegrasikan gender dalam penilaian kerentanan, risiko dan kapasitas. “Di beberapa negara, kami bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil untuk memperkuat peran perempuan dalam bencana,” dalam pernyataan itu.
Perempuan Afrika menghadapi krisis ebola. (Foto: UN Women/Emma Vincent) |
Di Vietnam misalnya, setelah pelatihan manajemen bencana untuk perempuan, ditambah dengan lobi nasional, Peraturan Pemerintah Vietnam yang dikeluarkan pada September 2013 memberikan ruang resmi untuk Persatuan Perempuan Vietnam menjadi anggota pengambilan keputusan dalam Komite Pengendali Banjir dan Badai. Sebagai hasil dari pelatihan UN Women, sebelum banjir mulai di An Dung, mereka punya rencana siap untuk mengevakuasi penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah, dan tidak ada orang meninggal.
Setelah banjir Fiji pada 2012, dengan dukungan dan bantuan teknis dari UN Women, Kementerian Perempuan mengembangkan prosedur standar untuk kekerasan berbasis gender dengan pertimbangan khusus. Kementerian Perempuan Fiji juga mengeluarkan pedoman untuk pusat evakuasi untuk memastikan perlindungan perempuan dan anak perempuan.
Persatuan Perempuan Vietnam (Foto: UN Women) |
Setelah Topan di Tonga pada 2014, UN Women mendukung upaya otoritas nasional untuk memisahkan data penduduk yang terkena dampak berdasarkan jenis kelamin dan usia, dan membantu memastikan rencana aksi kemanusiaan dan penilaian perlindungan sensitif gender. Karena risiko kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan meningkatkan pascabencana, UN Women juga mendukung pelatihan bagi para responden pertama bencana dan perencana pengurangan risiko bencana di Fiji untuk mencegah, mengenali , dan mengatasi kekerasan dalam keadaan darurat di seluruh Pasifik.
Pendanaan untuk Aksi Kemanusiaan Sensitif Gender
Investasi dalam pemrograman kemanusiaan kesetaraan gender rendah dan terus berkurang. Dana kemanusiaan yang dialokasikan untuk program berfokus pada kesetaraan gender jatuh dari 22 persen pada 2013 menjadi 12 persen pada 2014.
Pemulihan pascabencana Fiji. (Foto: Internal Affairs/’Ofa Masila) |
Namun, hal ini diharapkan dapat berubah. Sebab, negara anggota baru-baru ini berkomitmen untuk meningkatkan pembiayaan untuk kesetaraan gender dalam sejumlah bidang, termasuk aksi kemanusiaan.
Koordinasi PBB
UN Women memenuhi peran kemanusiaan dengan memberikan koordinasi dan kepemimpinan, keahlian teknis, pengembangan kapasitas, dan respons berbasis bukti dan advokasi untuk sistem kemanusiaan global.
UN Women juga terlibat dalam persiapan untuk KTT Pekerja Kemanusiaan pertama yang akan berlangsung di Istanbul Mei 2016. Tujuan dari KTT ini adalah untuk menemukan cara-cara untuk memperkuat upaya global untuk menyelamatkan kehidupan dan mengurangi kesulitan dalam krisis. Hal ini membutuhkan fokus yang kuat pada kesetaraan gender dan hak-hak perempuan untuk memastikan bahwa solusi kemanusiaan baru sama-sama menguntungkan perempuan dan laki-laki.
Hari Kemanusiaan Dunia
Hari Kemanusiaan Dunia adalah hari yang didedikasikan untuk menghormati pekerja kemanusiaan dan mereka yang telah kehilangan nyawa saat bekerja untuk kemanusiaan. Ini ditetapkan oleh Majelis Umum PBB sebagai bagian dari Resolusi Majelis Umum PBB—disponsori Swedia—A /63/ L.49 pada Penguatan Koordinasi Bantuan Darurat PBB. Dan, ditetapkan sebagai tanggal 19 Agustus. Ini menandai hari saat Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal untuk Irak, Sergio Vieira de Mello dan 21 rekannya tewas dalam pengeboman markas PBB di Baghdad. (unwomen.org)
Ikuti berita kami di Facebook
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...