PBB: Dunia Kehilangan Kesabaran dengan Taliban
PBB menilai Taliban masih berhubungan dengan kelompok teroris Al Qaeda.
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Dunia telah kehilangan kesabaran dengan Taliban, kata seorang utusan PBB kepada Dewan Keamanan pada hari Selasa (27/9), karena rezim ekstremis itu tidak menunjukkan tanda-tanda mengizinkan pendidikan bagi anak perempuan dan tanda tanya tetap ada terkait hubungannya dengan Al-Qaeda.
Markus Potzel, wakil perwakilan PBB di Afghanistan, mengatakan kepada dewan bahwa sementara ada beberapa perkembangan positif sejak Taliban mengambil alih kekuasaan tahun lalu, "mereka terlalu sedikit dan terlalu lambat dan tidak sebanding dengan yang negatif."
“Saya khawatir kesabaran banyak orang di komunitas internasional akan habis untuk strategi keterlibatan dengan Taliban Afghanistan,” katanya.
Potzel berbicara ketika Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mencatat bahwa Taliban telah “ambigu sejauh mana mereka ingin terlibat secara eksternal, tidak ada pengakuan formal dan didasarkan pada interpretasi mereka tentang syariah.”
Dalam laporan triwulanannya yang dirilis hari Selasa, Guterres juga mengatakan dia yakin pembunuhan oleh pasukan Amerika Serikat tahun ini terhadap pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, dalam serangan pesawat tak berawak di Kabul “mengemukakan hubungan yang berkelanjutan antara kelompok teroris dan Taliban, yang akan bertentangan dengan komitmen kontraterorisme yang terakhir.”
Laporan tersebut juga mengecam “pembatasan berat” yang masih diberlakukan pada hak-hak perempuan dan anak perempuan, termasuk larangan pendidikan menengah.
Terhalang Veto Rusia dan China
Dalam sebuah pernyataan bersama yang berfokus pada pendidikan anak perempuan, 10 anggota tidak tetap Dewan Keamanan dan lima negara yang akan duduk di dewan tahun depan meminta Taliban untuk “segera membalikkan keputusan ini.”
“Masyarakat internasional belum dan tidak akan melupakan perempuan dan anak perempuan Afghanistan,” kata mereka.
Namun seorang utusan menyatakan ada oposisi dari setidaknya salah satu anggota tetap Dewan Keamanan, yang memiliki hak veto. “Kami telah bekerja keras untuk mendapatkan pernyataan dari seluruh dewan, tetapi kami tidak bisa,” kata Duta Besar Norwegia, Mona Juul, kepada wartawan.
Menurut sumber diplomatik, China dan Rusia menentang pernyataan bersama yang tidak termasuk permintaan pembebasan aset Afghanistan yang dibekukan sejak Taliban kembali berkuasa.
Selama pertemuan tersebut, Duta Besar China, Geng Shuang, menekankan perlunya memastikan hak anak perempuan, mengatakan bahwa aset yang dibekukan di luar negeri “harus digunakan secepatnya untuk peningkatan kehidupan Afghanistan dan rekonstruksi ekonomi.” (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...