PBB Gagal Memecah Kebuntuan dalam Perundingan Damai Suriah
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hari Selasa (28/1) gagal memecah kebuntuan pada perundingan perdamaian Suriah di Jenewa, dengan pembicaraan yang terputus setelah rezim di negara itu mencemooh Washington daripada membicarakan transisi kekuasaan.
Juga belum ada gerakan mengenai bantuan kepada warga yang terkepung di Homs, kota di bagian utara Suriah, tempat truk-truk PBB menunggu akses untuk membagi-bagi makanan dan bantuan obat-obatan yang mereka butuhkan.
Setelah pertemuan pagi pada hari keempat pembicaraan itu, penengah PBB Lakhdar Brahimi mengatakan dia telah memutuskan untuk menangguhkan pembicaraan-pembicaraan sore dan akan menyelenggarakan kembali pertemuan Rabu (29/1) pagi.
"Tak seorangpun keluar ruang pertemuan, tak seorangpun kabur," kata Brahimi kepada wartawan. "Kami belum mencapai terobosan tapi kami masih berusaha dan sudah cukup baik sejauh yang saya rasakan."
Seorang anggota tim perunding oposisi Rima Fleihan mengatakan kepada AFP bahwa Brahimi memulai lagi pertemuan "karena rezim itu tak bekerja sama atas tiap pokok bahasan, tidak pada isu-isu kemanusiaan dan tidak pada badan yang memerintah transisi".
Ia mengatakan oposisi telah mengajukan rencana peralihan awal yang memaparkan visinya bagi Suriah, tetapi rezim itu menolak membahasnya. "Kami punya visi, tapi sayang rezim itu tak mengajukan apa-apa dan menolak semua pembahasan," kata Fleihan.
Perutusan dari rezim Presiden Bashar al-Assad pada pertemuan Selasa pagi menyampaikan satu pernyataan yang ingin dicantumkan. Isinya mengutuk Washington.
Pernyataan itu, yang diperoleh AFP, menyebutkan "Amerika Serikat telah membuat keputusan untuk mulai lagi mempersenjatai kelompok-kelompok teroris di Suriah".
"Keputusan ini hanya dapat dipahami sebagai usaha langsung untuk menghalangi solusi politik di Suriah melalui dialog," demikian pernyataan itu yang dikeluarkan menyusul laporan dari kantor berita Reuters bahwa Kongres AS secara rahasia menyetujui mendanai pengiriman senjata bagi faksi-faksi pemberontak moderat di Suriah.
Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Muqdad mengatakan hal tersebut menunjukkan Washington "tak tertarik dengan keberhasilan proses perdamaian.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Edgar Vasquez menolak tuduhan-tuduhan Washington mendukung terorisme "lucu dan menggelikan".
"Rezim Bashar merupakan magnit bagi teroris. Kebrutalan rezim meruakan sumber dari ektrimisme kekerasan di Suriah hari ini," kata dia dalam satu pernyataan.
"Kami mendukung oposisi moderat secara politik dan militer yang bertempur bagi kemerdekaan dan nasib semua rakyat Suriah." (AFP)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...