PBB Kaji Ulang Bermitra dengan FIFA
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengkaji kembali kemitraannya dengan FIFA menyusul tuduhan korupsi yang merajalela pada badan sepak bola dunia itu.
“Kami sangat mencermati kemitraan yang ada saat ini dan bagaimana situasi itu berkembang,” kata Stephane Dujarric, juru bicara PBB, Kamis (28/5) malam WIB.
Selama ini PBB dan FIFA bekerjasama dalam mempromosikan kesehatan, kesamaan gender dan perlindungan anak. Berbagai kampanye dan program antara PBB dan FIFA, sejak 1999, juga termasuk sejumlah prakarsa yang dirancang untuk membantu mengentaskan kemiskinan, penghormatan hak asasi manusia dan mengatasi masalah-masalah lingkungan.
"PBB memiliki sejumlah cara berbeda dalam kemitraan dengan FIFA untuk Piala Dunia dan event lain dengan badan-badan PBB," sambung Dujarric, yang khawati ini baru hari-hari pertama dari investigasi menyangkut tuduhan suap dan korupsi gila-gilaan di FIFA.
Dia mengatakan kemitraan-kemitraan itu terfokus pada memastikan pesan perdamaian PBB dilihat dan didengar dalam event-event besar olah raga ini. Pihak berwajib AS yang memimpin investigasi praktik korupsi di FIFA, tidak mengontak PBB.
Jaksa Agung Amerika Serikat Loretta Lynch pada Kamis (28/5) mengatakan sembilan pejabat dan mantan pejabat FIFA telah membajak sepak bola dunia untuk menyelenggarakan "Piala Dunia suap" yang dengan nominal mencapai 150 juta dolar AS atau sekitar Rp 1.965 triliun.
Loretta mengatakan para pejabat FIFA diduga telah menjalankan skema yang "merajalela, sistemik dan mengakar" untuk mengeruk keuntungan jutaan dolar dari suap dan uang pelicin.
“Mereka seharusnya menegakkan aturan yang mempertahankan sepak bola tetap jujur dan membela integritas permainan. Alih-alih, mereka mengorupsi bisnis sepak bola di seluruh dunia demi kepentingan mereka dan memperkaya mereka sendiri,” kata Lynch.
Lynch mengatakan para petinggi sepak bola dunia tersebut telah menjalankan skema berumur 24 tahun untuk memperkaya diri mereka sendiri melalui korupsi sepak bola internasional.
Dia mendakwa bahwa suap dan korupsi meranggas dari penjualan hak siar televisi sampai pemilihan negara yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia dan turnamen-turnamen sepak bola lainnya.
"Individu-individu dan organisasi-organisasi ini terlibat dalam suap untuk menentukan siapa yang akan menayangkan pertandingan-pertandingan; di mana pertandingan akan digelar; dan siapa yang menjadi pengurus organisasi yang mengawasi sepak bola di seluruh dunia,” kata Lynch. (AFP/Ant).
Editor : Bayu Probo
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...