PBB Kecam Blokade Gaza Sebagai Hukuman Kolektif
GAZA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon mengecam Israel yang tetap menerapkan blokade terhadap wilayah Gaza, sehari setelah Israel dan Turki mencapai perjanjian rekonsiliasi, tetapi tidak menghilangkan isolasi di wilayah kantong Palestina itu.
Dalam kunjungan ke Gaza, hari Selasa (28/6) Ban mengunjungi sebuah sekolah Gaza, dan dia mengatakan, "penutupan Gaza membuat rakyatnya mati lemas, menghambat ekonomi dan menghambat upaya rekonstruksi."
"Ini adalah hukuman kolektif yang harus ada akuntabilitas," tambahnya seperti dikutip AP.
Kesepakatan Israel - Turki
Sementara itu Israel dan Turki telah menyepakati perjanjian untuk memulihkan hubungan diplomatik penuh keduanya setelah enam tahun dalam ketegangan di antara dua negara yang pernah menjadi sekutu dekat.
Di Ankara, Turki, Wakil Menteri Luar Negeri, Feridun Sinirlioglu, menandatangani kesepakatan itu, yang selanjutnya akan mendapatkan persetujuan di parlemen. Acara penandatanganan sebagian besar tertutup untuk media. Di Israel, secaraparalel, dilakukan hal sama di mana Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri, Dore Emas menandatangani pakta di Yerusalem.
Perjanjian Turki dan Israel mencakup pertukaran duta besar dan kompensasi Israel atas kematian 10 warga Turki dalam serangan angkatan laut Israel pada tahun 2010 terhadap kapal aktivis yang bertujuan untuk menembus blokade ke Gaza untuk membawa bantuan kemanusiaan.
Kesepakatan juga menyebutkan Turki diizinkan untuk membawa pasokan bantuan ke Gaza dan melaksanakan projek pembangunan baru di Gaza. Namun bantuan akan melalui wilayah Israel lebih dulu, dan tidak sepenuhnya mencabut blokade yang diberlakukan di wilayah yang dikuasai Hamas itu, yang bertujuan mencegah kelompok militan Palestina dari mengimpor senjata.
Pelabuhan Ashdod
Sebuah kapal bantuan Turki dengan bobit 10.000 ton membawa bantuan untuk Gaza dan dijadwalkan berangkat pada hari Jumat melalui pelabuhan Israel, Ashdod, menurut juru bicara Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Israel memberlakukan blokade terhadap Gaza pada 2007 setelah Hamas merebut kekuasaan atas wilayah itu. Dan pemimpin partai oposisi Turki, Kemal Kilicdaroglu, mengatakan bahwa kesepakatan Israel-Turki itu merupakan sebuah pengakuan Turki atas blokade terhadap Gaza.
"Sejak Anda menandatanganinya, Anda membuat blokade itu legal," kata Kilicdaroglu. ‘’Anda menerima kontrol Israel atas Gaza."
Hubungan antara Israel dan Turki mulai menurun setelah Erdogan, yang partainya berakar pada Islam, menjadi perdana menteri pada tahun 2003. Hubungan semakin tajam selama perang tiga pekan Israel terhadap Hamas di Gaza (Desember 2008 hingga Januari 2009), ketika Erdogan mengkritik Israel atas tingginya korban tewas warga Palestina.
Namun Israel berargumentasi bahwa operasi itu untuk menghentikan serangan roket Hamas dan banyaknya warga sipil tewas akibat Hamas menggunakan daerah pemukiman untuk berlindung.
Hubungan mencapai titik terendah pada 2010 ketika pasukan Israel menyerbu kapal Turki yang bertujuan menembus blokade di Gaza. Sembilan orang Turki, termasuk seorang warga negara ganda Turki-Amerika, tewas.
Turki bereaksi dengan menarik duta besarnya untuk Israel dan menurunkan hubungan militer dan ekonomi. Hubungan dipulihkan dengan kesepakatan rekonsiliasi yang secara resmi diumumkan pada hari Senin.
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...