Tewasnya Siswa SMA Papua Bawa Noken Bintang Kejora Misterius
NABIRE, SATUHARAPAN.COM - Tewasnya seorang siswa kelas 2 SMA Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja-gereja Injili (YPPGI) Papua di Karang Mulia, Nabire, telah memicu tanda tanya karena terkesan misterius.
Oen (Owen) Pekei, 18 tahun, ditemukan tewas pada 27 Juni 2016 dengan luka cukup parah di wajah. Keterangan resmi Kepolisian mengatakan korban kehilangan nyawa akibat menabrak tembok Tugu Roket di depan Kantor Bupati Nabire, Papua.
Namun, sejumlah media lokal meragukan keterangan itu. Sejumlah saksi mata yang dimintai keterangan oleh media-media jurnalisme warga, justru mencurigai korban meninggal dikarenakan tindakan oknum aparat.
Umagi News, yang kemudian dilansir oleh asianpacificreport.nz, mengutip keterangan saksi mata yang mengatakan
pada pukul 16:40 korban dikejar oleh aparat menggunakan tiga sepeda motor dan satu mobil Dalmas milik Porlesta Nabire. Ia dikejar dari arah Pasar Oyehe di pusat kota Nabire menuju arah Karang Tumaritis.
Korban diketahui menuju Karang Tumaritis hedak menonton pertandingan bola voli yang diadakan oleh Gereja Bethel (Bethel Cup II). Disebutkan, ketika tiba di depan SMA Adhi Luhur, korban belok lagi ke arah Oyehe pusat kota, dan aparat masih mengejar juga hingga tiba di Tugu Roket.
Pukul 17:00 WIT korban dikatakan tewas karena menabrak tembok Tugu Roket. Namun, menurut Umagi News, ada saksi yang mengatakan korban ditembak.
Saksi lain mengatakan korban ditembak dan diduga dilakukan dari tiga titik. Satu titik yang dicurigai adalah depan kantor PT Telkom. Satu lagi dari dalam Tugu Roket lalu ketiga dari dalam mobil Dalmas.
West Papua Media mengutip keterangan saksi kepada Umagi News yang mengatakan Pekei mengendarai sepeda motor dengan membawa tas noken bergambar bendera Bintang Kejora. Sebuah laporan yang belum dapat dikonfirmasi oleh stringer West Papua Media, mengatakan di antara yang melakukan penembakan, adalah pasukan elit berbaju hitam.
Foto-foto jasad korban di media sosial tampak mengerikan.
Namun, pihak kepolisian Nabire membantah tuduhan kematian korban akibat tembakan. Sebagaimana dilaporkan oleh nabire.net, mengutip keterangan polisi, kecelakaan itu adalah kecelakaan tunggal. Korban diduga kehilangan kendali saat menaiki motornya dan sama sekali tidak menggunakan helm. Ketika terjatuh,kepala korban terhantam aspal.
Akibat benturan keras di kepala, korban dilaporkan meninggal dunia. Oleh aparat kepolisian korban langsung dilarikan ke RSUD Siriwini, Nabire.
Menurut Kasat Lantas Polres Nabire, AKP Samuel Dominggus Tatiratus S.Ik, pemberitaan bahwa korban tewas karena ditembak polisi adalah fitnah keji terhadap institusi kepolisian RI. Dia mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti secara hukum atas oknum masyarakat yang menyebar fitnah tersebut.
Samuel Tatiratu, menambahkan, belum ada laporan dari pihak keluarga korban ke Satuan Lalu Lintas Polres Nabire. Hari ini pihak kepolisian akan kembali memanggil keluarga korban untuk menjelaskan ulang kejadian kecelakaan itu.
Menurut Samuel Tatiratu, setiap kejadian kecelakaan lalu lintas, bukan keluarga kandung yang pertama menyelamatkan tetapi petugas kepolisian yang dengan rela dan ikhlas membantu menolong korban. Karena itu, dirinya menyesalkan oknum masyarakat yang mencaci maki dan menuduh pihak kepolisian.
“Masyarakat dalam menanggapi suatu pemberitaan di media jangan langsung berburuk sangka tapi marilah kita buktikan keakuratan berita tersebut dari pihak yang berwajib,” pungkas Samuel Tatiraru.
Keterangan polisi masih belum dapat sepenuhnya diterima oleh keluarga korban. Suara Papua mengutip keterangan salah satu keluarga korban, mengatakan di kepala Owen Pekei terdapat bekas tembakan. “Kepala dia ada lobang dari belakang sampai depan mata pelipis bagian atas. Itu tembakan, bukan karena tabrakan,” ujar paman korban, yang tidak disebutkan jati dirinya.
Pihak keluarga tak bisa menerima alasan bahwa korban tewas karena tabrakan, bila menyimak luka yang dialami.
“Kalau tabrakan, kepalanya bukan lobang, tetapi retak. Dan organ tubuh lainnya pasti ada yang lecet atau patah tulang,” bebernya.
Anehnya lagi, lanjut dia, saat korban jatuh tak berdaya, aparat dengan senjata lengkap siaga di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
“Dari dulu sampai sekarang di kota Nabire, kalau kecelakaan murni aparat yang ada di TKP tidak seperti kemarin saat anak kami dapat musibah itu. Kemarin itu macam mau perang. Ini kan aneh,” kata dia.
Pihak keluarga minta aparat harus bertanggungjawab atas kematian anak tersebut. “Kami cuma tuntut sama aparat kepolisian supaya harus bertanggungjawab. Bapak Kapolda harus turun lihat kasus ini, jika terbukti, kasih hukuman sama anak buah yang terlibat,” tandasnya.
Di tempat sama, Ibu Edowai yang juga keluarga korban mengaku tak kuasa menerima kenyataan pahit ini.
“Saya dan keluarga besar di sini minta Tuhan kutuk pelaku. Ya, pelaku juga harus mati cepat,” ujar Ibu Edowai dengan suara emosi.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...