PBB Keluhkan Aparat Israel yang Brutal Tangani Palestina
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Selasa (13/10) mendesak Israel untuk melakukan “peninjauan serius” karena pasukan keamanannya beralih ke cara kekerasan dalam bentrokan dengan Palestina.
Ban merasa “penggunaan berlebihan kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Israel” sebagai hal yang “merisaukan,” kata juru bicaranya, Stephane Dujarric, kepada para reporter saat kekerasan berlanjut di Yerusalem dan Kota Bethlehem, Tepi Barat.
Hal tersebut “harus ditinjau secara serius karena itu hanya memperparah situasi yang menyebabkan siklus pertumpahan darah yang tidak perlu terjadi,” katanya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Selasa menyatakan Israel akan menggunakan “segala cara” untuk mengakhiri kekerasan oleh Palestina dan bahwa langkah keamanan baru sedang direncanakan.
Ban dijadwalkan akan bertemu dengan utusan Dewan Keamanan dalam jamuan makan siang pada Selasa guna membahas kekerasan yang meningkat antara Israel dan Palestina.
Pelaku Percobaan Penusukan Polisi Israel Ditembak Mati
Seperti tidak menghiraukan peringatan Ban Ki-moon, polisi Israel mengatakan seorang warga mencoba menusuk seorang penjaga keamanan di sebuah pintu masuk ke Kota Tua Yerusalem pada Rabu (14/10), dan dia ditembak sebelum melukai orang lain.
“Seorang teroris yang berlari dengan membawa pisau ke arah seorang penjaga yang mengawal sebuah keluarga di plaza Damascus Gate dinetralkan oleh polisi,” menurut sebuah pernyataan.
Pernyataan tersebut menggambarkan sang pria sebagai “anggota kelompok minoritas” – istilah kepolisian untuk warga Arab – tanpa menyebutkan apakah dia penduduk Palestina atau Israel.
Serangkaian penusukan oleh warga Palestina menuai kekhawatiran yang menyebar luas di Israel.
Tiga warga Israel tewas dalam beberapa serangan di Yerusalem pada Selasa.
Israel Bangun Pos Pemeriksaan di Yerusalem Timur
Israel juga mulai membangun pos-pos pemeriksaan di beberapa wilayah Palestina yang dicaplok di Yerusalem timur dalam upaya menghentikan gelombang serangan yang meningkatkan kekhawatiran akan pemberontakan skala penuh.
Seorang juru bicara kepolisian mengatakan beberapa pos pemeriksaan sudah dibangun di “beberapa desa Palestina dan beberapa permukiman di Yerusalem timur,” yang menurut Israel merupakan lokasi asal dari para penyerang.
Gelombang serangan penusukan dikhawatirkan akan menyebar di Israel, pasalnya terjadi kembali serangan pistol dan pisau Selasa ini di sebuah bus di Yerusalem yang menewaskan dua orang.
Seorang warga Israel lainnya juga tewas pada hari yang sama oleh seorang warga Palestina yang menabrakkan mobilnya ke arah para pejalan kaki dan kemudian keluar dengan membawa pisau.
Tiga penyerang dalam dua insiden tersebut semuanya berasal dari Yerusalem timur.
Langkah untuk membangun pos-pos pemeriksaan itu dilakukan setelah adanya keputusan dari kabinet keamanan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang memerintahkan polisi untuk memberlakukan jam malam di beberapa wilayah Yerusalem.
Netanyahu menghadapi tekanan besar terkait gelombang serangan serta protes kekerasan dari warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Lonjakan kekerasan yang dimulai sejak 1 Oktober itu dikhawatirkan banyak pihak akan memicu intifada ketiga atau pemberontakan.
Para pemuda Palestina yang frustrasi menentang berbagai upaya dari Israel dan presiden Palestina untuk memulihkan ketertiban.
Israel menduduki Yerusalem timur dalam Perang Enam Hari pada 1967. Negara Yahudi tersebut kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. (AFP)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...