Turki: 66.000 Bayi Lahir di Kamp Pengungsi
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, mengatakan bahwa 66.000 bayi lahir di kamp-kamp pengungsi di Turki. Dia mengatakan hal itu dalam Forum Global tentang Migrasi dan Pembangunan , hari Rabu (14/10) di Istanbul Turki.
Namun dia menyatakan bahwa Turki tidak akan menyerahkan 66.000 bayi yang lahir di kamp-kamp pengungsi itu kepada tiran. Dia menyebut itu terkait rezim Suriah, Bashar Al-Assad.
"Ketika kita melihat anak-anak kita, kita harus melihat mata Aylan Kurdi," katanya. Aylan Kurdi adalah anak berumur tiga tahun yang jenazahnya ditemukan di pantai Bodrum, Turki bulan Agustus setelah tenggelam di Laut Aegean, ketika keluarganya berusaha membawanya ke Yunani.
"Di Turki, 66.000 bayi telah lahir di kamp-kamp. Mereka tidak tahu tentang negara mereka sendiri, mereka memiliki jalannya sendiri," kata Ahmet, seperti dikutip Hurriyet Daily News. "Migrasi bukanlah sesuatu yang harus diblokir, tetapi merupakan proses yang harus dikelola dengan baik," kata dia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki, Feridun Sinirlioglu, mendesak negara-negara dunia untuk bertindak bersama-sama memecahkan krisis pengungsi yang mencengkeram Turki dan Eropa. Jumlah pengungsi di seluruh dunia telah mencapai angka tertinggi sejak Perang Dunia II.
Para pengungsi menunjukkan foto jenazah Aylan Kurdi dalam protes untuk bisa melewati perbatasan Turkli menuju negara-negara Eropa.
"Kebutuhan mendesak untuk mengatasi penderitaan migran dan yang harus kita lakukan bersama-sama melalui peningkatan kerjasama internasional," kata Sinirlioglu. Pada pembukaan forum.
Jutaan pengungsi Suriah melarikan diri dari negara mereka sejak perang pecah lebih dari empat tahun yang lalu. PBB mengatakan pada bulan Juni jumlah orang yang dipaksa keluar negara mereka mencapai tertinggi sejak PD II, yaitu melebihi 50 juta orang.
Di Turki terdapat sekitar dua juta pengungsi yang melarikan diri negara mereka, terutama Suriah, dan merupakan pengungsi Suriah terbesar di dunia.
Jan Eliasson, Wakil Sekjen PBB dan seorang diplomat veteran Swedia, mengatakan bahwa ‘’kemampuan kita untuk menanggapi gerakan pengungsi telah diuji pada situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya."
"Tantangan ini tidak hanya krisis angka, tetapi krisis solidaritas," tambahnya. Disebutklan ada 240 juta migran internasional dan lebih dari 50 juta pengungsi di seluruh dunia. "Ini adalah fenomena global, tantangan global dan kekhawatiran global," kata Eliasson.
"Turki berada di jantung krisis pengungsi. Di wilayah ini, Libanon, Yordania, Mesir dan Irak membayar harga tinggi atas perang mengerikan di Suriah," kata dia.
Forum Global tentang Migrasi dan Pembangunan mempertemukanpara ahli dan pemerintah dari 150 negara untuk dialog dan kerja sama mengenai migrasi dan dampaknya pada pembangunan.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...