PBB: Konflik Salah Satu Pemicu Kekerasan pada Anak
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Kekerasan pada anak tidak hanya menimbulkan luka fisik dan mental tetapi juga menghambat kemampuan belajar dan bersosialisasi. Direktur Eksekutif United Nations Children Fund (UNICEF), Antony Lake mengatakan bahwa di setiap negara, di setiap kebudayaan pasti ada kekerasan terhadap anak. Kapanpun dan dimanapun dalam hal ini pasti anak-anak yang dirugikan.
Kekerasan pada anak sering terjadi di berbagai belahan dunia contoh kasusnya adalah penembakan Malala Yousafzai (14) oleh tentara Pakistan, penembakan 26 murid dan guru di Newton Amerika Serikat pada bulan Desember lalu dan tahun ini semakin maraknya kasus pemerkosaan pada anak perempuan di India dan Afrika Selatan.
Menurut data organisasi kesehatan dunia PBB/ World Healthy Organization (WHO) ada 150 juta anak perempuan dan 73 juta diantaranya anak-anak masih di bawah usia 18 tahun yang mengalami kekerasan dan eksploitasi seksual. Sedangkan menurut data organisasi buruh internasional/International Labour Organization (ILO), setiap tahun diperkirakan ada 1,2 juta anak yang diperdagangkan.
Konflik Pemicu Kekerasaan Pada Anak
Menurut data badan pengungsian PBB/United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), konflik yang terjadi di Republik Demokratik provinsi Kivu Utara Kongo menewaskan sejumlah warga sipil serta meningkatnya insiden pemerkosaan terhadap wanita dan anak perempuan.
Data statistik yang dipublikasikan oleh UNHCR menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tindak kekerasan pada wanita dan anak di provinsi tersebut. Sejak Januari lalu terdapat 705 kasus kekerasan seksual, 619 diantaranya kasus pemerkosaan dan pada tahun 2012 terdapat 108 kasus kekerasan. Ada 288 anak-anak dan 43 laki-laki yang menjadi korban kekerasan seksual berbasis gender/ sexual and gender based violence (SGBV).
Sejak tahun lalu terdapat 705 kasus kekerasan seksual, 434 diantaranya dilakukan oleh sekelompok bersenjata. Sebanyak 4.689 kasus kekerasan yang terjadi pada tahun 2011dan mengalami peningkatan pada pada tahun 2012 sebanyak 7.075 kasus.
UNHCR telah bekerjasama dengan organisasi kemanusiaan lainnya dan pemerintah untuk memperkuat pemantauan kasus kekerasan tersebut. Pertempuran di Goma, Kongo sebanyak 6.000 – 7.000 orang yang mengungsi termasuk diantaranya perempuan dan anak-anak muda.
Pada peristiwa pertempuran di daerah Kamago Utara Kivu, diperkirakan sebanyak 14.000 warga sipil yang mengungsi dan mencari tempat pengungsian di semak- semak dan di desa-desa di sekitar Kamago.
Indikasi Pelanggaran HAM
UNHCR melaporkan bahwa adanya indikasi pelanggaran hak asasi manusia di daerah Kamago. Setidaknya ada 15 warga sipil yang terbunuh, adanya kasus penculikan, kerja paksa, pemukulan dan pajak ilegal.
UNHCR menemukan banyak para pengungsi yang kekurangan makanan karena mereka tidak bisa pergi ke ladang untuk mengumpulkan makanan. Akses layanan air dan kesehatan sangat sulit karena 80% puskesmas disana dijarah.
Staf medis UNHCR melaporkan banyak kasus infeksi diare dan pernapasan karena kekurangan air bersih dan jamban. Sebanyak 967.000 orang terlantar di seluruh Kivu Utara akivbat adanya konflik yang terjadi di daerah tersebut. (un.org), (unhcr.org)
Editor : Yan Chrisna
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...