PBB: Masalah Keamanan Irak, Perlu Kohesi Politik
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon mengungkapkan kekhawatiran tentang keamanan yang memburuk di beberapa wilayah di Irak. Dia juga mendesak semua pemimpin politik untuk bersatu melawan terorisme dan bekerja sama untuk menstabilkan negara dan menghentikan pembunuhan yang tidak masuk akal pada rakyat Irak.
"Kami sepakat bahwa tantangan yang dihadapi Irak mengharuskan semua pemimpin politik untuk memenuhi tanggung jawab mereka memastikan kohesi sosial, dan dialog untuk mengatasi hambatan politik," kata Ban. Dia berbicara dengan Perdana Menteri Irak, Nouri Al-Maliki, dalam pertemuan di Baghdad, Senin (13/1).
Ban juga bertemu Wakil Presiden, Menteri Luar Negeri, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden Komisi Independen Pemilihan Tinggi.
"Rakyat Irak mencari para pemimpin yang memberi manfaat nyata dan masa depan yang lebih baik," kata dia. Pemilihan parlemen Irak akan diadakan pada bulan April dan merupakan kesempatan untuk memenuhi harapan tersebut.
Jumat lalu, Dewan Keamanan PBB di New York menyesalkan terjadinya bentrokan di kota Ramadi dan Fallujah di Provinsi Anbar. Serangan dilakukan oleh militan Al-Qaeda. Dalam pernyataannya, Dewan beranggota 15 negara itu menyambut komentar Ayatollah Sistani yang menyambut warga pengungsi dari Anbar ke Najaf dan Karbala. Demikian juga komitmen dari sejumlah komunitas Sunni, Syiah dan Kurdi untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi.
Dalam sambutannya, Ban juga mendukung dialog kebangkitan antara Baghdad dan Erbil, dan kesepakatan yang dicapai pada pembagian pendapatan dan pengaturan keamanan dengan wilayah Kurdistan. "Saya berharap para pemimpin akan memanfaatkan kesempatan ini," kata dia. "Tidak ada alternatif untuk Irak, selain bersatu, negara federal dan demokratis."
Tentang Suriah
Ban adalah di Irak menjelang konferensi penjaminan kemanusiaan untuk Suriah, dan dia akan memimpin pertemuan pada hari Rabu di Kuwait. Konferensi, yang diselenggarakan oleh Emir Kuwait, Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah, bertujuan untuk meningkatkan bantuan bagi Suriah hingga US$ 6,5 juta tahun 2014.
Bantuan itu utnuk warga Suriah yang terlantar karena perang sipil di negara itu dan untuk mereka yang mencari perlindungan di negara-negara tetangga, termasuk Irak.
Dalam konferensi pers, Ban berterima kasih kepada Irak untuk dukungan umum kepada lebih dari 220.000 warga Suriah di negara itu. Dia mendesak negara-negara anggota untuk meningkatkan pendanaan dan bantuan ke negara-negara yang menampung pengungsi Suriah.
Sejak konflik pertama meletus pada Maret 2011, lebih dari 130.000 orang Suriah meninggal, dan jutaan orang diusir dari rumah mereka, di antara mereka adalah dua juta orang mencari perlindungan di negara-negara tetangga. (un.org)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...