PBB Minta Palestina Lindungi Pemrotes
RAMALLAH, SATUHARAPAN.COM-Otoritas Palestina (PA) harus memastikan keselamatan para pengunjuk rasa yang bersiap untuk turun ke jalan lagi, kata kepala hak asasi manusia PBB, hari Kamis (1/7), setelah demonstrasi yang dipicu oleh kematian seorang aktivis yang ditindas dengan keras.
Kematian Nizar Banat dalam tahanan pekan lalu tak lama setelah pasukan keamanan PA menyerbu rumahnya dan menangkapnya dengan kejam, memicu protes berhari-hari di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967.
“Pemerintah Negara Palestina berkewajiban untuk memastikan kebebasan berpendapat, berekspresi dan berkumpul secara damai,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet dalam sebuah pernyataan.
“Pasukan Keamanan Palestina harus bertindak untuk memberikan keselamatan dan keamanan bagi pelaksanaan hak asasi manusia, termasuk berkumpul secara damai,” tambahnya. Dia meminta penyelidikan terhadap “penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional. Banat adalah pria berusia 43 tahun yang dikenal karena video media sosial yang mengkritik dugaan korupsi di dalam Otoritas Palestina, yang menurut para aktivis semakin tidak toleran terhadap perbedaan pendapat.
Dalam pernyataan itu, Bachelet menyambut baik jaminan yang diberikan oleh Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, bahwa kematian Banat akan diselidiki sepenuhnya dan bahwa hak para pengunjuk rasa untuk kebebasan berkumpul dan berekspresi akan dihormati.
Demonstran akan turun ke jalan lagi pada hari Sabtu (3/7) di Ramallah, kata pernyataan itu.
“Akhir pekan lalu, kami menyaksikan Pasukan Keamanan Palestina menggunakan kekuatan terhadap pengunjuk rasa yang awalnya sepenuhnya damai, termasuk memukuli mereka dengan tongkat dan menembakkan gas air mata dan granat kejut,” kata Bachelet.
Dia menyatakan keprihatinan khusus atas “kehadiran sejumlah besar orang yang tidak berseragam yang bertindak dengan cara yang tampaknya terorganisir dan terkoordinasi dengan Pasukan Keamanan Palestina.”
“Dalam salah satu protes ini, salah satu anggota staf kami yang memantaunya ditinju dan disemprot merica oleh seseorang yang berpakaian sipil,” katanya. “Banyak orang, termasuk jurnalis dan pembela hak asasi manusia juga diserang.”
“Kami juga menyaksikan dan telah menerima laporan yang kredibel tentang penargetan khusus terhadap perempuan yang hadir dalam demonstrasi, perempuan yang memprotes, melaporkan untuk media atau hanya sebagai penonton,” kata Bachelet, mencatat bahwa banyak perempuan yang dilaporkan dilecehkan secara seksual di demonstrasi, ponsel mereka disita atau dicuri, dan dilaporkan dipanggil oleh aparat keamanan.
“Ada ancaman, termasuk ancaman pembunuhan, dan pelecehan, termasuk yang bersifat seksual, terhadap mereka di media sosial,” bunyi pernyataan itu. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...