PBB: NIIS Lakukan Teror Secara Brutal
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM – Sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menunjukkan penggunaan teror yang brutal oleh Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) untuk menundukkan warga di wilayah yang dikuasai di Suriah.
Laporan dari penyidik hak asasi manuysia PBB itu mengatakan bahwa NIIS menggunakan kebrutalan tak terhitung terhadap masyarakat untuk menyebarkan ketakutan secara rutin dengan memancung warga sipil atau pejuang yang ditangkap di depan publik, termasuk menembak dan merajam mereka.
Komisi Internasional Independen PBB menyampaikan laporan penyidikan terbaru dengan judul: Teror: Hidup di Bawah NIIS di Suriah, Gambaran Satu Metode Menghancurkan Yang Digunakan oleh NIIS. Kelompok ini juga dikenal sebagai ISIL (Islamic State of Iraq dan Levant) atau Da'esh .
Laporan yang dirilis Jumat (14/11) itu- menyimpulkan bahwa NIIS "berusaha menaklukkan warga sipil di bawah kontrol dan mendominasi mereka pada setiap aspek kehidupan mereka melalui teror, indoktrinasi, dan penyediaan layanan hanya kepada mereka yang taat."
Berdasarkan lebih dari 300 pernyataan dari para korban dan saksi mata, laporan Komisi itu menyebutkan tentang kondisi warga Suriah, pria, perempuan dan anak-anak yang melarikan diri atau yang tinggal di daerah yang dikendalikan NIIS. Laporan ini juga menyajikan foto dan video rekaman yang didistribusikan oleh kelompok bersenjata.
Sasaran Teror
"Mereka yang melarikan diri secara konsisten menjadi sasaran tenero yang bertujuan membungkam penduduk," kata Paulo Pinheiro, Ketua Komisi yang beranggota empat orang dalam siaran pers. Dia menyebutkan NIIS dan pimpinannya melakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan."
Laporan itu mengatakan bahwa eksekusi, amputasi dan cambuk di ruang publik telah menjadi kejadian biasa. Bagian tubuh dimutilasi menjadi teror dan menimbulkan trauma mendalam di Suriah, khususnya pada anak-anak.
"Dengan kapasitas dan sarana untuk menyerang penduduk sipil dalam skala besar, NIIS telah berbohong secara massal terhadap warga sipil, dan melakukan diskriminasi dan pemisahan penduduk atas dasar jenis kelamin, agama dan etnis," kata laporan itu.
Menurut laporan itu, NIIS memisahkan perempuan Suriah dan anak perempuan dari kehidupan publik. Perempuan yang dibunuh, sering dilakukan dengan rajam. Peraturan NIIS mendikte apa yang boleh dilakukan perempuan, dengan siapa mereka dapat bersosialisasi, dan tempat mereka dapat bekerja. Hal yang menyedihkan adalah penyidikan menemukan pernikahan paksa gadis berumur 13 tahun dengan pejuang NIIS.
Mengajarkan Ekstremisme
Laporan itu menyebutkan penganiayaan yang mengerikan oleh NIIS terhadap perempuan Yazidi dan anak perempuan, beberapa di antara mereka diculik di Irak pada bulan September 2014, dibawa ke Suriah dan dijual sebagai budak seks.
Anak-anak menjadi korban, dijadikan pelaku atau saksi oleh NIIS dalam pelaksanaan eksekusi. Mereka menggunakan pendidikan sebagai alat indoktrinasi pada anak-anak. Di kota Raqqah, anak-anak dikumpulkan untuik menonton video yang menggambarkan eksekusi massal terhadap tentara pemerintah, untuk menurunkan kepekaan pada kekerasan ekstrem, kata laporan itu.
Di mana NIIS menduduki daerah dengan kelompok etnis dan agama yang beragam, kelompok minoritas dipaksa untuk pindah agama atau melarikan diri. "Ada pola nyata tindak kekerasan yang ditujukan terhadap kelompok tertentu, terutama Kristen, Syiah dan Kurdi, dengan maksud untuk mengurangi dan mengendalikan keberadaan mereka di wilayah NIIS," kata Komisaris Vitit Muntarbhorn.
Kelompok ini juga menyerang wartawan dan aktivis yang mencoba mengkomunikasikan ke publik penderitaan sehari-hari mereka yang hidup di bawah penindasan. Sejumlah wartawan telah diculik, hilang, disiksa dan dieksekusi.
Laporan itu menjelaskan pembunuhan oleh NIIS terhadap anggota militer yang ditangkap , termasuk yang terbaru eksekusi pada lebih dari 200 tentara yang ditangkap dari panggalan udara Tabqa di Ar-Raqqah. Juga pembunuhan ratusan anggota suku Al-Sheitat di Dayr Az-Zawr, pada Agustus 2014.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...