PBB: Perlu Tanaman Alternatif Atasi Produksi Narkoba
SATUHARAPAN.COM - Pejabat senior Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyerukan agar negara-negara anggota fokus pada pembangunan dan pengembangan tanaman alternatif, khususnya di negara-negara dengan bandar narkoba yang berkuasa seperti Afganistan dan Myanmar yang mengganggu perdamaian, keamanan.
Dalam upaya untuk pembangunan berkelanjutan dan mengatasi masalah narkotika dunia, Sekjen PBB, Ban Ki-moon meminta Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) yang akan bertemu untuk menekankan pentingnya membantu petani menanam tanaman alternatif, bekerja untuk menstabilkan pasar dan menciptakan lapangan kerja yang layak.
"Ketika kita mengambil langkah ini, kita melakukan lebih dari memerangi narkotika dan kejahatan, kita mempromosikan kemajuan dan perdamaian," kata Ban dalam pesan video pada acara hari Selasa (15/7) itu.
Direktur Eksekutif Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), Yury Fedotov, menekankan keberhasilan badan PBB dalam memerangi obat-obatan, tetapi juga menegaskan perlunya untuk membantu masyarakat membangun pekerjaan dan menciptakan infrastruktur, sehingga petani dapat menjual tanaman legal mereka ke pasar .
"Jalan, jembatan yang dapat diandalkan, dan lingkungan yang stabil adalah sama pentingnya dengan dengan tanaman dan pasar bagi petani," kata Fedotov.
UNODC aktif di Afghanistan, di mana budidaya opium poppy mencapai rekor tertinggi pada tahun 2013, meningkat sebesar 36 persen. Sedangkan produksinya meningkat hingga hampir setengah sejak 2012. Di Asia Tenggara, budidaya opium poppy di daerah yang dikenal sebagai Segi Tiga Emas, yang meliputi Myanmar, produksinya naik terus, menurut badan PBB.
"Tujuan kami adalah untuk memberikan pilihan tambahan bagi petani, sehingga mereka bisa menjauh dari obat-obatan terlarang, dan dengan demikian, hidup sederajat dalam keadilan dan kemakmuran," tambah Fedotov.
Sekitar 200.000 orang meninggal akibat narkoba, menurut laporan terbaru UNODC “World Drug Report”. Pada tahun 2012, antara 162 juta dan 324 juta orang atau setara 3,5 persen dan tujuh persen dari populasi dunia berusia 15-64, menggunakan obat terlarang. Narkotika yang digunakan terutama ganja, opioid, kokain atau amphetamine.
Presiden ECOSOC, Martin Sajdik, menyoroti keberhasilan strategi obat nasional di beberapa negara. Upaya itu meliputi pencegahan primer, intervensi dini, pengobatan, perawatan, rehabilitasi, pemulihan dan langkah-langkah reintegrasi sosial, serta langkah-langkah yang bertujuan untuk meminimalkan kesehatan masyarakat dan konsekuensi sosial dari penyalahgunaan narkoba.
Dia juga menekankan pentingnya pembangunan alternatif dan menanggulangi masalah narkoba melalui upaya terpadu dan seimbang yang menghormati supremasi hukum dan hak asasi manusia.
Sajdik juga menyebutkan peran penting yang dimainkan masyarakat sipil, termasuk komunitas ilmiah dan lembaga swadaya masyarakat untuk mengatasi tantangan tersebut. (un.org)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...