PBB: Perubahan Iklim Mengancam Generasi Sekarang
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon memperingatkan bahwa seluruh dunia peru terlibat agar bencana seperti topan Haiyan di Filipina tidak terulang kembali.
Dia mengajak para perunding perubahan iklim yang bertemu di Warsawa, Polandia untuk meningkatkan tantangan menghadapi perubahan iklim dan menjadi kesepakatan yang mengikat mulai tahun 2015.
"Perubahan iklim mengancam generasi sekarang dan masa depan," kata Ban dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang Perubahan Iklim, yang berlangsung di Warsawa, Polandia, Selasa (19/11).
Menyampaikan bela sungkawa kepada mereka yang terkena dampak Topan Haiyan di Filipina, Ban mengatakan bahwa seluruh dunia sekarang menghadapi dan takut akan murka alam akibat pemanasan bumi .
"Ilmu pengetahuan telah menjelaskan. Aktivitas manusia merupakan penyebab dominan perubahan iklim. Kita tidak bisa menyalahkan alam," kata dia.
Emisi gas rumah kaca terus meningkat dan konsekuensi yang berbahaya sudah diketahui semua, kata Sekjen. Dan mengingatkan tentang kunjungannya awal tahun ini ke Islandia di mana es dan gletser mencair dengan tingkat yang tercepat selama ini. "Saya diberitahu, jika kita tidak mengambil tindakan segera, sekarang Islandia mungkin segera akan menjadi tanah tanpa es," kata dia.
Dia juga menyebutkan contoh akibat perubahan iklim berupa kekeringan yang ekstrem seperti yang disaksikan di Sahel, Afrika, yang dia saksikan bersama Presiden Bank Dunia baru-baru ini.
"Saya mendorong Anda untuk berpikir tentang warisan," kata Ban menambahkan. “ Mari kita bekerja sama ... untuk membuat dunia ini lebih baik bagi semua. Mari kita membangun masa depan ini, masa depan kita sendiri, untuk semua generasi berikutnya dan planet bumi dengan lingkungan yang berkelanjutan."
Sementara itu, Presiden Pajelis Umum PBB, John Ashe mengatakan, perundingan harus realistis. Para perunding tidak bisa mengabaikan realitas bahwa tantangan perubahan iklim membawa tugas agar seluruh pembangunan berkelanjutan bagi semua.
"Kami kini telah memasuki era super badai, dan tragedi manusia dan kerusakan akibat badai dan topan tersebut menimpa bagian dari rakyat kita sehari-hari,” kata dia.
Sekjen PBB mengatakan bahwa konferensi Perubahan Iklim diharapkan menjadi proses yang melengkapi untuk Konferensi Tingkat Tinggi September tahun depan yang diharapkan bukan sebagai sisi untuk negosiasi, tetapi “puncak solusi." (un.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...