PBB Siap Bantu Evakuasi 19.000 Orang dari Konflik
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi pengungsi menyatakan pada Selasa (1/4) telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengungsikan 19.000 warga yang berisiko diserang milisi dari kelompok berbeda keyakinan di Republik Afrika Tengah yang dilanda konflik.
"Kami tak ingin berpangku tangan, membiarkan orang-orang dibantai," kata juru bicara UNHCR Fatoumata Lejeune-Kaba kepada wartawan di Jenewa.
Ia mengatakan kelompok yang disebut milisi Anti-Balaka menguasai rute-rute utama ke dan dari Bangui dan juga sejumlah kota dan desa di bagian barat daya negara itu.
Mereka mengancam warga yang berlainan keyakinan di kawasan dekat ibu kota, di Boda, Carnot, dan Berberti, ke arah barat dan Bossangoa lebih ke utara. "Kami mengkhawatirkan nasib 19.000 orang di lokasi-lokasi tersebut," katanya.
“UNHCR siap membantu evakuasi ke kawasan-kawasan lebih aman di dalam atau luar negara itu. Kehadiran pasukan (internasional, Red) mencegah mereka dibantai saat ini," kata jubir UNHCR itu.
Staf PBB bergerak menuju Kota Bemal di utara pada Selasa, guna membahas kemungkinan relokasi warga yang terancam dibunuh. Tetapi, Lejeune-Kaba menyatakan hal itu sulit karena warga setempat takut menyambut orang-orang yang dievakuasi dapat memicu pergolakan di kawasan itu.
Republik Afrika Tengah yang tak stabil terjerembab ke dalam kekacauan setelah kelompok gerilyawan Seleka yang telah membantu mendongkel Presiden Francois Bozize setahun lalu menolak meletakkan senjata mereka.
Kampanye mereka pembunuhan, pemerkosaan, dan penjarahan membuat anggota dari kelompok-kelompok saingannya membentuk grup-grup perlawanan, yang juga dituduh melakukan kejahatan biadab.
Sekitar 8.000 tentara internasional bekerja untuk mengatasi krisis di bekas koloni Prancis itu, tempat lebih 2.000 orang dibunuh sejak Desember.
Pada saat puncak krisis berlangsung Desember dan Januari, lebih seperempat dari 4,6 juta penduduk Repeblik Afrika Tengah itu meninggalkan rumah-rumah mereka ke tempat-tempat aman.
Pertumpahan darah baru telah memaksa hampir 16.000 orang meninggalkan rumah-rumah mereka di ibu kota sejak awal pekan lalu sendiri, kata Lejeune-Kaba.
Berdasarkan catatan angka UNHCR, 637.000 orang sekarang mengungsi di dalam negeri, termasuk 207.000 orang di Bangui, sedangkan 82.000 orang mengungsi ke negara-negara tetangga dalam tiga bulan terakhir.
Jumlah korban meninggal dalam kekerasan meningkat jadi lebih 60 orang di ibu kota sejak 22 Maret, kata Cecile Pouilly, wanita juru bicara kantor hak asasi manusia PBB kepada wartawan Selasa.
Dia menunjuk khususnya serangan granat atas upacara penguburan di Bangui. Dalam peristiwa itu sedikitnya 20 orang meninggal pada 27 Maret, dan 24 orang lagi tewas pada Sabtu oleh tentara Chad.
"Tampaknya tentara Chad melepaskan tembakan membabi buta atas kerumunan warga menyusul suatu insiden," kata dia, dengan menekankan bahwa kantornya "masih mencoba mengonfirmasi afiliasi para tentara itu".
Pouilly juga mengatakan satu tim PBB akan dikirim ke negara itu untuk menyelidiki tuduhan-tuduhan bahwa tentara Chad mendukung Seleka. (AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...