PBB: Tanamkan Nilai Toleransi dan Perdamaian Dalam Pendidikan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyerukan negara-negara di seluruh dunia untuk memberikan pendidikan kepada kaum muda yang mendorong sikap sebagai warga masyarakat global yang menghargai nilai-nilai toleransi dan keberagaman.
"Setiap anak perempuan dan anak laki-laki berhak menerima pendidikan yang berkualitas dan mempelajari nilai-nilai yang membantu mereka tumbuh menjadi warga masyarakat global yang toleran yang menghargai keanekaragaman," kata Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon.
Untuk menandai peringatan Hari Perdamaian Internasional, PBB yang menerima hadiah dari Jepang berupa lonceng (bel) yang disebut “Peace Bell" yang digantung pada balok kayu di depan markas besar PBB di New York, akan dibunyikan pada Sabtu, 21 September mendatang.
Lonceng perdamaian dibunyikan setiap tahun sejak 1981 menandai seruan untuk terus berupaya membangun perdamaian di seluruh dunia. Dan tahun ini seruan itu ditekankan pada tema “pendidikan untuk perdamaian.”
Akses Pendidikan
Tema ini bukan hanya penting karena masih banyak konflik bersenjata dan kekerasan, dan dunia masih dalam ancaman penggunaan senjata pemusnah masal, tetapi juga munculnya tindakan yang menanam kebencian dan menolak keberagaman.
Catatan PBB menyebutkan bahwa saat ini sekitar 57 juta anak tidak memiliki akses terhadap pendidikan. Dan sebagian lagi bersekolah dalam kondisi yang buruk.
Ban Ki-moon mengingat kata-kata Malala Yousafzai, seorang gadis dari Pakistan dan aktivis pemuda yang ditembak oleh Taliban karena perjuangannya untuk hak perempuan dan pendidikan. Gadis yang oleh Ban disebut sebagai “Pahlawan Kita” pernah mengatakan, "satu guru, satu buku, satu pena, dapat mengubah dunia."
PBB menyerukan pemerintah Negara anggota untuk meningkatkan investasi pendidikan. "Untuk mendidik anak-anak paling miskin dan terpinggirkan membutuhkan pemimpin politik yang berani dan meningkatkan komitmen keuangan," kata Ban. "Namun bantuan untuk pendidikan telah menurun untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Kita harus membalikkan penurunan ini, menjalin kemitraan baru, dan membawa perhatian lebih besar terhadap kualitas pendidikan."
Hentikan Permusuhan
Sekarang ini di berbagai belahan bumi, badan-badan PBB, dan badan amal lain bekerja di masyarakat yang tengah dilanda konflik, atau pasca konflik dengan memberikan anak-anak akses pendidikan. Mereka membangun sekolah, pengembangan kurikulum, pelatihan guru dan menyediakan sarapan bergizi dan makan siang sekolah. “Inisiatif-inisiatif ini dapat mengubah kehidupan anak-anak dan membantu mengatasi akar penyebab konflik,” kata Ban.
PBB juga menekankan kebutuhan untuk mencari solusi konflik, khususnya krisis berkepanjangan di Suriah, yang telah membunuh lebih dari 100.000 warga sipil dan eksodus jutaan warganya.
"Hari Internasional Perdamaian adalah waktu untuk refleksi, hari ketika kita mengulangi keyakinan kami non kekerasan dan seruan untuk gencatan senjata global," kata Ban. “Di Suriah, kematian dan penderitaan telah berlangsung terlalu lama. Saya ulangi panggilan saya kepada semua pihak dan pendukung mereka untuk bekerja demi resolusi damai melalui negosiasi."
Presiden Majelis Umum PBB, John Ashe mengatakan hari tersebut sebagai kesempatan bagi negara-negara untuk menghentikan permusuhan.
"Ketika kita mendengar denting bel ini, mari kita ingat bahwa pendidikan adalah jalan menuju pertumbuhan dan perkembangan warga negara dan masyarakat. Pendidikan yang mengajarkan nilai perdamaian adalah pencegahan sarana utama untuk mengurangi perang dan konflik," kata Ashe.
Pada peringatan ini, PBB menyelenggarakan video konferensi bagi sekitar 500 pelajar dan mahasiswa, termasuk pengungsi dari seluruh dunia yang berbagi pandangan tentang perdamaian. (un.org)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...