PBB: Toleransi untuk Perdamaian dan Masa Depan Berkelanjutan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Para pejabat PBB menandai Hari Internasional untuk Toleransi, yang diperingati pada tanggal 16 Nopember dengan mendorong pada komitmen baru dalam sebuah prinsip yang kian penting, yaitu memastikan perdamaian demi masa depan yang berkelanjutan untuk semua orang.
"Kita, sebagai komunitas bangsa-bangsa dan budaya bisa maju, bila mendasarkan pada solidaritas kemanusiaan dan saling mengakui dan berbagi atas dasar kesamaan tujuan bersama. Ini sebabnya mengapa toleransi menjadi sangat penting," demikian kata Ban Ki Moon, Sekretaris Jenderal PBB pada peringatan Hari Internasional untuk Toleransi.
"Toleransi itu bukanlah sesuatu yang pasif," tambahnya. "Ini menuntut pilihan aktif atas dasar saling pengertian dan saling menghormati, terutama dimana masih terdapat ketidaksepakatan. Toleransi berarti mengakui bahwa keberagaman adalah kekuatan, sekaligus mata air kreativitas bagi pembaharuan semua masyarakat," tambah Ban Ki Moon.
Ban mengatakan toleransi itu bisa dan harus dipelajari. "Kita perlu mengajar anak perempuan dan anak laki-laki tidak hanya bagaimana hidup bersama, tetapi bagaimana untuk bertindak bersama-sama sebagai warga negara global. Kita perlu memelihara toleransi dengan mempromosikan pemahaman budaya saling menghargai, mulai dari para anggota parlemen hingga murid sekolah taman kanak-kanak. Kita perlu mengatasi meningkatnya ketidaksetaraan dan menolak pengucilan sosial berdasarkan jenis kelamin, kecacatan tubuh, orientasi seksual, dan latar belakang etnis atau agama."
"Toleransi adalah pondasi kuat untuk perdamaian dan rekonsiliasi," kata Ban. "Pada Hari Internasional, saya menyerukan kepada para pemimpin nasional dan masyarakat - dan semua orang yang memiliki pengaruh melalui media tradisional dan sosial - untuk memperjuangkan toleransi sebagai ikatan bersama yang akan menyatukan kita dalam perjalanan kita bersama untuk perdamaian demi masa depan yang berkelanjutan."
Presiden Majelis Umum PBB, John Ashe, menyerukan kepada semua negara anggota untuk mendukung inisiatif yang menghormati dialog dan kerjasama antar budaya yang berbeda, apapun ras dan agamanya.
"Kita harus secara aktif mencari cara untuk menekan tindak kekerasan, terutama terhadap perempuan dan anak, dan untuk menumbuhkan rasa penghormatan akan keberagaman sebagai bagian sentral dari agenda pembangunan pasca -2015," kata John Ashe.
Asle mengatakan bahwa, "intoleransi, ketidakadilan dan kemiskinan sering terjalin, dan saya terinspirasi oleh keberanian dan harapan dari mereka yang hidup dalam kondisi mengerikan. Saya menyerukan kepada masyarakat internasional bangsa-bangsa untuk tetap aktif terlibat dalam perjuangan global melawan intoleransi dan untuk mendorong pemahaman, penerimaan dan saling menghormati antara orang di seluruh dunia."
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Lima Rafflesia Tuan Mudae Mekar di Agam
LUBUK BASUNG, SATUHARAPAN.COM - Resor Konservasi Wilayah II Maninjau Balai Konservasi Sumber Daya Al...