Pedagang Bongkar Stan Setelah 5 Hari Sekaten Berakhir
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ratusan stan yang memadati perhelatan Sekaten akhirnya dibongkar oleh para pedagang. Pembongkaran ini dilakukan sejak Minggu (19/1) malam hingga saat ini, Senin (20/1). Dari pantauan satuharapan.com di area perhelatan Sekaten yang berlokasi di Alun-alun Utara, puluhan truk telah berjejer dengan memuat beraneka ragam barang jualan, seperti tenda, rangka besi, kayu, seng, dan sejumlah barang lainnya.
Jika mengacu pada perjanjian sewa yang dilakukan oleh para pedagang dengan Pemerintah Kota Yogyakarta, pembongkaran stan seharusnya dilakukan pada 14 Januari 2014 atau ketika perhelatan Sekaten telah berakhir. Namun, sebagaimana telah jamak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, tak sedikit pedagang yang bandel dengan tetap membuka lapak meskipun telah habis masa sewanya.
Menyingkapi hal tersebut, Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Forum Komunikasi Kawasan Alun-alun Utara (FKKAU) terus berupaya melakukan pendampingan agar para pedagang mematuhi aturan sewa. Bahkan, upaya yang lebih tegas akan dilakukan jika para pedagang masih bersikukuh untuk menggelar barang dagangannya, yaitu pembongkaran paksa. Namun, tampaknya himbauan dan pendampingan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait cukup berhasil. Terbukti para pedagang dengan sukarela membongkar sendiri stan-stan yang telah mereka tempati sejak lebih dari sebulan lamanya.
Bersamaan dengan pembongkaran stan, para pekerja dari dinas terkait juga melakukan upaya perbaikan tempat, yaitu mengganti konblok yang rusak dan meratakan tanah di Alun-alun Utara. Hal ini dilakukan karena pada hari-hari biasa, Alun-alun Utara menjadi tempat parkir bus pariwisata, sehingga keberadaan tempat ini cukup vital untuk mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Sekaten atau Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) rutin dilakukan setahun sekali. Perhelatan ini digelar pada bulan Maulud (Jawa: Mulud) sebagai bentuk perayaan dalam rangka menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Merujuk pada makna perhelatan ini, Sekaten berasal dari bahasa Arab Syahadatain yang bermakna dua kalimat syahadat. Pada zaman dahulu, perhelatan Sekaten yang digagas oleh Wali Songo dilakukan sebagai upaya Islamisasi penduduk Jawa yang kala itu masih kental dengan tradisi Hindu.
Wali Songo melakukan upaya persuasif dengan menabuh gamelan, yaitu Kyai Guntur Madu dan Nogo Wilogo untuk menarik perhatian masyarakat Jawa. Para penduduk Jawa yang kebetulan sangat gemar mendengar alunan suara gamelan, pelan tapi pasti, mulai tertarik dan masuk ke area perhelatan Sekaten. Di sinilah proses Islamisasi terjadi, di mana Wali Songo menerapkan aturan bahwa barangsiapa yang berkeinginan untuk masuk ke Sekaten sehingga bisa mendengarkan alunan gamelan, maka wajib mengucapkan dua kalimat syahadat.
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...