Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:25 WIB | Kamis, 09 Januari 2025

Pejabat Hizbullah: Hassan Nasrallah Terbunuh di Dalam Ruang Operasi Perang

Seorang perempuan mengangkat poster pemimpin Hizbullah yang terbunuh, Hassan Nasrallah, selama upacara yang menandai peringatan kematian mendiang komandan Pasukan Ekspedisi Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Quds, Jenderal Qassem Soleimani, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat pada tahun 2020, di masjid agung Imam Khomeini di Teheran, Iran, hari Kamis, 2 Januari 2025. (Foto: AP/Vahid Salemi)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara Israel tahun lalu saat berada di dalam ruang operasi perang kelompok militan itu, menurut informasi terbaru yang diungkapkan pada hari Minggu (5/1) oleh seorang pejabat senior Hizbullah.

Serangkaian serangan udara Israel meratakan beberapa bangunan di pinggiran selatan Beirut pada 27 September 2024, menewaskan Nasrallah. Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan enam orang tewas. Menurut laporan berita, Nasrallah dan pejabat senior lainnya mengadakan pertemuan rahasia.

Pembunuhan Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah selama 32 tahun, mengubah serangan udara kecil-kecilan antara Israel dan militan selama berbulan-bulan menjadi perang habis-habisan yang menghantam sebagian besar Lebanon selatan dan timur selama dua bulan hingga gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat mulai berlaku pada 27 November.

“Hassan Nasrallah biasa memimpin pertempuran dan perang dari lokasi ini,” kata pejabat keamanan tinggi Hizbullah, Wafiq Safa, dalam konferensi pers hari Minggu (5/1) di dekat lokasi tempat Nasrallah terbunuh. Ia mengatakan Nasrallah tewas di ruang operasi perang. Ia tidak memberikan keterangan lebih lanjut.

Media Lebanon telah melaporkan bahwa Safa menjadi sasaran serangan udara Israel di Beirut tengah sebelum gencatan senjata tetapi tampaknya tidak terluka.

Selama fase pertama gencatan senjata, Hizbullah diharapkan untuk memindahkan para pejuang, senjata, dan infrastrukturnya dari Lebanon selatan ke utara Sungai Litani, sementara pasukan Israel yang menyerbu Lebanon selatan harus menarik semua pasukannya dalam waktu 60 hari.

Tentara Lebanon akan dikerahkan dalam jumlah besar dan bersama pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi satu-satunya pasukan bersenjata di Lebanon selatan.

Lebanon dan Hizbullah telah mengkritik serangan Israel yang sedang berlangsung dan penerbangan melintasi wilayah negara itu dan hanya menarik diri dari dua dari puluhan desa Lebanon yang dikuasainya. Israel mengatakan bahwa militer Lebanon belum melakukan bagiannya dalam membongkar infrastruktur Hizbullah.

Pemimpin Hizbullah saat ini, Naim Qassem, dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Sabtu (4/1) memperingatkan bahwa para pejuangnya dapat menyerang Israel jika pasukannya tidak meninggalkan wilayah selatan pada akhir bulan ini.

Sementara itu, menteri pertahanan Israel, Israel Katz, menyuarakan sentimen serupa jika militan Hizbullah tidak bergerak ke utara Sungai Litani dan infrastruktur mereka tetap utuh.

“Jika syarat ini tidak terpenuhi, tidak akan ada kesepakatan, dan Israel akan dipaksa bertindak sendiri untuk memastikan warga di utara (Israel) kembali ke rumah mereka dengan selamat,” katanya.

Safa mengatakan bahwa Ketua Parlemen, Nabih Berri, yang merundingkan kesepakatan gencatan senjata dengan Washington, mengatakan kepada Hizbullah bahwa pemerintah akan segera bertemu dengan utusan AS, Amos Hochstein. “Dan mengingat apa yang terjadi, maka akan ada posisi,” kata Safa.

Hochstein telah memimpin upaya diplomasi ulang-alik untuk mencapai gencatan senjata yang rapuh. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home