Pejabat Israel: Netanyahu dan Trump Bahas Ancaman Iran
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membahas "ancaman Iran" dalam pembicaraan telepon dengan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, pada hari Rabu (6/11) karena perang di Gaza dan Lebanon tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
Kantor Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perdana menteri Israel "mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangan pemilihannya, dan keduanya sepakat untuk bekerja sama demi keamanan Israel.
"Keduanya juga membahas ancaman Iran," tambahnya.
Hizbullah, yang didukung oleh Iran, mengatakan pada hari Rabu (6/11) bahwa puluhan ribu militannya siap untuk melawan Israel, seraya menambahkan bahwa hasil pemilihan AS tidak akan berpengaruh pada perang di Lebanon.
Pemimpinnya memperingatkan bahwa tidak ada tempat di Israel yang "terlarang" untuk diserang, karena militer Israel mengatakan sekitar 120 proyektil ditembakkan melintasi perbatasan pada hari Rabu.
Militer Israel juga mengatakan, sebuah rudal ditembakkan ke Israel selatan dari Gaza tengah, tempat mereka memerangi kelompok Hamas yang didukung Teheran sejak militan Palestina melancarkan serangan mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
Benteng utama Hizbullah di Beirut selatan diserang udara Israel setelah peringatan untuk mengungsi.
Israel dan Hizbullah telah berperang sejak akhir September, ketika militer Israel memperluas fokus perang Gaza untuk mengamankan perbatasan utaranya dengan Lebanon. Hizbullah memulai serangan lintas batas intensitas rendah terhadap Israel tahun lalu, untuk mendukung sekutu Palestina-nya, Hamas, setelah serangan 7 Oktober.
Upaya untuk mengakhiri perang di Gaza yang dipicu oleh serangan Hamas belum membuahkan hasil, dan perang di Lebanon telah menewaskan sedikitnya 3.050 orang sejak Oktober 2023, kata kementerian kesehatan pada hari Rabu.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi yang menandai 40 hari sejak pendahulunya Hassan Nasrallah tewas dalam sebuah serangan, kepala baru Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan: "Kami memiliki puluhan ribu pejuang perlawanan terlatih" yang siap bertempur.
Pidatonya disiarkan setelah kemenangan Trump diumumkan, tetapi telah direkam sebelumnya.
Qassem mengatakan siapa pun yang memenangkan pemilihan tidak akan berdampak pada kemungkinan kesepakatan gencatan senjata untuk Lebanon.
"Yang akan menghentikan ini... perang adalah medan perang" katanya, mengutip pertempuran di Lebanon selatan dan serangan Hizbullah terhadap Israel.
Hizbullah mengumumkan pada hari Rabu (6/11) bahwa mereka memiliki rudal Fatah 110 buatan Iran, senjata dengan jangkauan 300 kilometer yang oleh pakar militer Riad Kahwaji digambarkan sebagai "yang paling akurat" milik kelompok itu.
Hizbullah juga mengatakan pihaknya menargetkan pangkalan angkatan laut di dekat Haifa di Israel dengan pesawat nirawak dan rudal, serangan keempat terhadap pangkalan tersebut dalam beberapa minggu.
Sebelumnya, Hizbullah mengatakan pihaknya menargetkan pangkalan militer di dekat bandara utama Israel yang dekat dengan pusat komersial Tel Aviv, tetapi Otoritas Bandara Israel mengatakan operasi tidak terganggu. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...