Pejabat Ukraina: Rudal Iran di Rusia Adalah Target Yang Sah
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan pada hari Senin (9/9) bahwa negara-negara mitra Barat harus mengizinkan Ukraina menggunakan senjata yang telah mereka suplai untuk menyerang gudang militer di dalam Rusia karena ada kecurigaan kuat bahwa Iran telah menyediakan rudal balistik untuk upaya perang Kremlin.
Amerika Serikat telah memberi tahu sekutunya bahwa mereka yakin Iran telah mengirim rudal balistik jarak pendek ke Rusia untuk perangnya di Ukraina, dua orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada The Associated Press pada akhir pekan.
Negara-negara Barat yang mendukung Ukraina dalam perang tersebut ragu-ragu untuk membiarkan militernya menyerang target di tanah Rusia, karena khawatir mereka dapat terseret ke dalam konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, tetapi kepala kantor kepresidenan Ukraina mengatakan "perlindungan bukanlah eskalasi."
“Menanggapi pasokan rudal balistik ke Rusia, Ukraina harus diizinkan untuk menghancurkan gudang penyimpanan rudal tersebut dengan senjata Barat untuk menghindari teror,” kata Andrii Yermak di saluran Telegram miliknya. Ia tidak menyebutkan negara mana yang memasok rudal tersebut.
Rusia telah berulang kali melakukan pemboman rudal jarak jauh dan pesawat nirawak yang menghancurkan di Ukraina, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil sejak dimulainya perang pada Februari 2022, menurut penghitungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Serangan itu juga melumpuhkan produksi listrik.
Namun, Ukraina menolak untuk menyerah, dan baru-baru ini melancarkan serangan berani ke wilayah Kursk Rusia, bahkan saat berupaya keras menahan serangan Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina timur.
Rusia telah menerima pesawat nirawak Shahed buatan Iran sejak 2022. Kemungkinan pengiriman rudal balistik Iran ke Rusia juga telah membuat khawatir pemerintah Barat karena Presiden Vladimir Putin menghubungi negara-negara lain untuk memberinya dukungan.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada hari Senin (9/9) mengatakan tentang laporan rudal Iran bahwa "informasi semacam ini tidak selalu benar." Namun, ia menambahkan: "Iran adalah mitra penting kami. Kami tengah mengembangkan hubungan perdagangan dan ekonomi. Kami tengah mengembangkan kerja sama dan dialog di semua bidang yang memungkinkan, termasuk yang paling sensitif, dan akan terus melakukannya demi kepentingan rakyat kedua negara kami."
Di Iran, juru bicara kementerian luar negeri, Nasser Kanaani, membantah Teheran mempersenjatai Rusia dengan rudal. "Kami dengan tegas menolak tuduhan tentang peran Iran dalam mengirim senjata ke satu pihak dalam perang dan kami menilai tuduhan ini bermotif politik oleh beberapa pihak," kata Kanaani.
Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari Sabtu (7/9) menyatakan "kekhawatiran yang mendalam" tentang kemungkinan itu. "Iran harus sepenuhnya dan secara definitif menghentikan penyediaan senjata kepada Rusia untuk membuktikan dengan tindakan, bukan kata-kata, ketulusan pernyataan kepemimpinan politiknya tentang tidak terlibat dalam mengobarkan mesin perang kematian Rusia," kata sebuah pernyataan.
Direktur CIA, William Burns, memperingatkan di London pada akhir pekan tentang hubungan pertahanan yang berkembang dan "mengganggu" yang melibatkan Rusia, China, Iran, dan Korea Utara. Hubungan tersebut, katanya, mengancam Ukraina dan sekutu Barat di Timur Tengah.
Kementerian Pertahanan China pada hari Senin (9/9) mengumumkan latihan gabungan angkatan laut dan udara dengan Rusia yang dimulai bulan ini.
Meskipun China tidak secara langsung menyediakan senjata bagi Rusia, negara itu telah menjadi jalur kehidupan ekonomi yang vital sebagai pelanggan utama minyak dan gas Rusia. Negara itu juga memasok barang elektronik dan barang-barang lainnya untuk keperluan sipil dan militer. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...