Pejuang Melawan Ebola Jadi 'Person of the Year' 2014
SATUHARAPAN.COM – Majalah Time akhirnya memilih orang-orang yang berjuang melawan epidemi Ebola sebagai ‘’Person of the Year’’ 2014. Mereka dipilih sebagai orang-orang yang bertahan untuk mengambil risiko, berkorban untuk menyelamatkan orang lain.
Editor Time, Nancy Gibbs, dalam pengumuman penghargaan ini hari Rabu (10/12) mengatakan bahwa mereka orang-orang yang dalam pepatah bertarung tanpa senjata yang berkilau, tetapi memiliki hati pahlawan.
Pilihan kepada mereka didasarkan pada mereka orang-orang yang benar-benar bertempur dalam banyak pengertian, benar-benar dalam perang dengan doa dan ketulusan.
Selama beberapa dekade, menurut Time, Ebola menghantui pedesaan Afrika bagaikan raksasa dalam dongeng yang setiap tahun muncul untuk meminta persembahan manusia dan kemudia kembali bersembunyi di gua. Ebola bahkan menjangkau negara Barat dalam bentuk mimpi buruk mirip film horor Hollywood. Para dokter seperti putus asa, karena belum ada obat yang bisa melawan Ebola.
Tahun 2014 adalah tahun wabah Ebola berubah menjadi epidemi yang didorong oleh kemajuan yang membuka jalan menggerakkan jutaan orang miskin mengatasi masalah dengan bergerak ke kota. Dan Ebola mencapai pemukiman kumuh di Liberia, Guinea dan Sierra Leone. Kemudian melakukan perjalanan ke Nigeria dan Mali, Spanyol, Jerman dan Amerika Serikat.
Ebola melanda dokter dan perawat dalam jumlah belum pernah terjadi sebelumnya mengalahkan infrastruktur kesehatan masyarakat yang lemah. Bahkan di Liberia pada Agustus lalu, enam perempuan hamil kehilangan bayi mereka, karena rumah sakit tidak bisa mengatasi komplikasi yang terjadi. Siapapun yang bersedia merawat korban Ebola berarti bergabung dalam risiko yang sama.
Para Pahlawan
Time menyebutkan mereka yang bekerja untuk membendung penyebaran dan melawan Ebola adalah pahlawan. Mereka adalah dokter, paramedis, perawat, supir ambulance, tim petugas pemakanan, dan yang bekerja di lapangan. Sebagian dari mereka telah menjadi korban.
Ada kenyataan bahwa pemerintah tidak siap untuk merespon Ebola, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menghadapi kendala, tetapi orang-orang di lapangan, pasukan khusus dari Doctors Without Borders / Médecins Sans Frontières (MSF), para pekerja bantuan medis Kristen, Samaritan’s Purse, dan banyak lainnya dari seluruh dunia berjuang berdampingan dengan dokter lokal dan perawat, supir ambulance dan tim pemakaman.
Time, menulis, tanyakan apa yang mendorong mereka melakukan hal itu, beberapa mengatakan tentang Tuhan, sebagian demi negara; beberapa tentang insting untuk berani mengambil risiko.
"Jika seseorang dari Amerika datang untuk membantu masyarakatku, dan seseorang lain dari Uganda," kata Iris Martor, seorang perawat Liberia, "Lalu mengapa saya tidak bisa?" Foday Gallah, sopir ambulance selamat dari infeksi karena ada kekebalan dalam tubuhnya yang dianggapnya sebagai anugerah yang suci. Dia mengatakan, "Saya ingin memberikan darah saya agar ada banyak orang yang diselamatkan," katanya. "Saya akan melawan Ebola dengan semua kekuatan saya."
Asisten perawat dari MSF, Salome Karwah, tinggal di samping tempat tidur pasien, memandikan dan memberi makan mereka. Dia lakukan itu bahkan setelah dia kehilangan kedua orang tuanya yang mengelola sebuah klinik medis sepekan sebelumnya, dan bertahan dari Ebola sendirian.
"Itu terlihat seperti Tuhan memberi saya kesempatan kedua untuk membantu orang lain," katanya. Anak-anak menyaksikan keluarga mereka mati, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan hanya untuk memeluk mereka, karena pelukan bisa membunuh mereka.
"Anda melihat orang-orang menghadapi kematian tanpa didampingi orang yang mereka cintai, hanya dengan orang-orang yang mengenakan pakaian (seperti) pakaian ruang angkasa," kata Presiden MSF, Dr. Joanne Liu.
Ujian Sistem Kesehatan
Kasus Ebola adalah ujian kemampuan dunia dalam merespon potensi pandemi, dan ternyata tidak berjalan baik. Hal itu akibat korupsi di pemerintah negara-negara Afrika dan persaingan di kalangan birokrasi. Tetapi di Barat, Ebola juga menguncang, termasuk setelah kematian Dr. Thomas Eric Duncan di Dallas, pasien Ebola pertama di AS.
Ebola adalah perang, dan peringatan, kata Time. Sistem kesehatan global adalah pertahanan terpenting yang harus membuat kita tetap aman dari penyakit menular. Kita berarti semua orang. Mereka yang berjuang dengan keberanian dan tidak kenal lelah, bahkan menghadapi risiko, yang membuat orang lain bisa ‘’hidup nyaman’’ adalah para pejuang melawan Ebola. Itu yang membuat Time menetapkan mereka sebagai ‘’Person of the Year’’ 2014.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...