Pekan Seni AFC 2019 Tampilkan Operet "Putri Air"
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pekan Seni Art for Children (AFC) 2019 yang berlangsung 17-20 November 2019 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Minggu (17/11) siang mementaskan operet berjudul "Putri Air" di concert hall TBY.
Pentas kolaboratif yang melibatkan anak-anak dari kelas tari, kelas teater, kelas ensembel musik, dan kelas vokal berlangsung dalam durasi 50 menitan. Berbeda dari pementasan tahun-tahun sebelumnya, pementasan operet "Putri Air" selain diiringi musik secara live dari kelas ensembel musik dan kelas vokal diawali dengan penampilan kelas pantomim anak, kelas komedi anak, kelas sastra anak, serta kelas tari kreasi baru.
Operet “Putri Air” memberikan edukasi sejak dini kepada anak-anak untuk mampu menjaga, merawat lingkungan terutama hutan sebagai salah satu sumber kehidupan dan penyimpan air alami.
Operet “Putri Air” melibatkan kelas ensembel musik sebanyak 40 anak yang memainkan instrumen biola, gitar, perkusi-drum. Dalam iringan musik maupun ensembel orkestra 70 anak tergabung dalam kelas vokal, sementara dari kelas teater sebanyak 55 anak dan 50 anak dari kelas tari yang terlibat secara kolaboratif dalam pementasan operet.
Secara keseluruhan dengan penampilan sebelum operet tidak kurang 400-an anak terlibat berbagi panggung dalam pementasan yang keseluruhan berdurasi 90 menitan. Sebagaimana pementasan sebuah operet, “Putri Air” selain menyampaikan pesan edukasi diselingi dengan lagu-lagu anak yang menyampaikan pesan senada secara riang gembira.
Lagu-lagu anak-anak yang dinyanyikan selama operet “Putri Air” adalah Panorama Negriku, Selamat pagi negeriku, Bermain, Raja Api, Tragedi, Cahaya Cinta, Putri Air, Belajar dari Air, Lagu Dialog Putri Air-Raja Api-Raja Sampah, Taman Bunga, Hijaulah Bukit dan Hutanku, Mandi di Danau baik dalam iringan musik orgen tunggal maupun ensembel orkestra.
Keberanian anak-anak mengakses panggung menjadi entry point penting dalam perhelatan tersebut. Melibatkan 400-an anak dari kelas berbeda dengan memainkan dua belas repertoar musik yang disajikan dalam pementasan kolaboratif memerlukan persiapan serius, sementara di sisi lain dunia AFC adalah dunia bermain dan belajar.
Pementasan seni oleh anak-anak Art fo Children (AFC), sebuah program belajar seni bagi anak-anak yang diselenggarakan oleh pihak Taman Budaya Yogyakarta dengan kelas tari, kelas ensembel musik, kelas vokal, kelas teater, serta kelas seni rupa selalu mendapat apreasiasi dari masyarakat luas. Dalam pementasan operet “Putri Air” Minggu (17/11) siang, concert hall TBY dipenuhi pengunjung tidak kurang 1.000 orang.
Dalam amatan satuharapan.com seluruh kursi penuh, bahkan jalan antara yang memisahkan bagian-bagian kursi untuk dilalui pengunjung rela duduk di atas undakan karpet. Di bagian belakan banyak pengunjung yang berdiri.
Sedikit catatan dalam penyelenggaraan pementasan operet “Putri Air” adalah pengap dan panasnya concert hall TBY akibat penyegar ruangan (AC-air conditioner) yang tidak menyala hampir sepanjang pementasan berjalan. Hanya mengandalkan sirkulasi dari pintu pengunjung yang dibuka, kondisi ini selain tidak nyaman juga cukup berisiko mengingat lebih dari 1.000-an orang harus ‘berebut’ oksigen/udara segar. Pengap dan panasnya kondisi ruangan tersebut banyak dikeluhkan pengunjung termasuk para pembimbing kelas AFC.
Di belakang panggung (backstage), satuharapan.com sempat mengamati banyak anak-anak yang siap pentas tertidur menunggu saat pentas. Kondisi ini bukan akibat kelelahan mengingat kegembiraan saat akan tampil secara psikologis bisa menghilangkan kelelahan fisik, namun lebih akibat kurangnya asupan udara segar (oksigen) yang menyebabkan tubuh cepat mengantuk. Beruntung tidak sempat terjadi insiden.
Ada baiknya kedepan dipikirkan kembali tentang segala kondisi yang menyertai pementasan mengingat pentas seni semacam ini bagi anak-anak AFC adalah puncak kegembiraan setelah mereka rutin berlatih setiap Minggu pagi selama hampir satu tahun di Taman Budaya Yogyakarta.
Satu catatan tambahan, melihat AFC sebagai ruang edukasi, kadang masih muncul ekspektasi berlebihan dari para orang tua. Pesan mencintai kesenian sebagai bagian dari proses yang sedang dijalani anak-anak dengan riang gembira tidak kalah penting dibanding proyeksi menjadikan anak-anak sebagai seniman/artis di masa datang.
Bagaimanapun, dunia anak adalah dunia bermain.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...