Pelajar Mosul Angkat Senjata Melawan ISIS
MOSUL, SATUHARAPAN.COM - Peledakan beberapa warisan paling berharga di Mosul mendorong sekelompok pelajar dan pejabat, untuk pertama kalinya, melakukan perlawanan bersenjata melawan kelompok jihadis Negara Islam (Islamic State, sebelumnya dikenal dengan ISIS atau ISIL, Red).
Para milisi Negara Islam menghadapi tantangan, sejak menguasai kota itu tujuh pekan lalu dengan menyingkirkan pasukan Kurdi di gerbang kota dan membuat kocar-kacir pasukan Pemerintah Irak.
Kini, Anwar Ali (23), berharap penembak-penembak jitu yang ia katakan telah membunuh empat jihadis hari Minggu (27/7) lalu akan menjadi tembakan pembuka bagi revolusi rakyat yang akan mengusir jihadis IS kembali ke gurun.
“Dengan kelompok yang sebagian besar terdiri atas pelajar, ada pula pegawai negeri muda dan pedagang, saya bergabung dengan apa yang kami namai Kataeb al-Mosul (Brigade Mosul),” kata dia.
“Namun, beberapa orang menyarankan agar kami mengganti nama menjadi Tentara Nabi Yunus, sebagai reaksi atas peledakan yang dilakukan IS atas tempat-tempat ibadah,” dia menambahkan.
Pada 24 Juli, IS menghancurkan tempat suci Nabi Yunus, yang dianggap baik oleh muslim ataupun Kristen sebagai makam Nabi Yunus, dengan bahan peledak dan menghancurkannya di hadapan publik.
Monumen berharga lainnya yang berakar dari sejarah kaya Mosul, juga dihancurkan hingga tersisa puing-puing.
“Kampanye penghancuran masjid-masjid kami, gereja, dan situs-situs warisan adalah sebuah upaya untuk menindas identitas Mosul,” kata Anwar Ali.
“Peledakan tempat suci adalah titik balik bagi rakyat yang selama ini menunda untuk bentrok dengan IS,” kata Atheel al-Nujaifi, Gubernur Provinsi Nineveh, Mosul.
Seorang pejabat di kelompok perlawanan yang baru dibentuk, yang tidak bersedia disebutkan namanya, mengatakan penembak-penembak jitu menembak mati empat orang di tiga tempat berbeda di Mosul pada akhir pekan lalu.
Ketakutan Berubah Jadi Kemarahan
“Akan ada operasi-operasi lainnya,“ kata dia, “Kami memperingatkan masyarakat agar tidak bekerja sama dengan Negara Islam dengan cara apa pun.”
Penghancuran tempat-tempat suci kelihatannya bahkan telah mengasingkan IS dari pengikut tradisional mereka.
”Anda mengaku mengikuti jalan Nabi (Muhammad), tapi Andalah yang pertama menyimpang dari kata-kata Nabi,” kata seorang anggota forum jihadis di Internet, yang menulis dengan nama samaran Faruq al-Iraq.
Ia mengatakan tak ada pembenaran agama bagi penghancuran tempat-tempat suci, sebuah argumen yang digemakan oleh banyak posting lainnya dari para pengguna, yang hanya sepekan sebelumnya, betul-betul mendukung ”kekhalifahan” yang diproklamirkan pemimpin Negara Islam (IS) Abu Bakr al-Baghdadi bulan lalu.
Dengan meledakkan sejumlah situs warisan paling membanggakan di kota kuno itu, penguasa jihadis Mosul telah menyusun kejatuhan mereka sendiri, karena rasa takut pelan-pelan memberi jalan kepada rasa marah.
“Saya pikir oposisi rakyat mungkin satu-satunya cara yang tersisa untuk menyelamatkan monumen-monumen bersejarah,” kata Ihsan Fethi, dari Iraq Architects Society.
Bashar al-Kiki, Ketua Dewan Provinsi Nineveh, kepada The New York Times mengatakan kemarahan rakyat Mosul kepada IS tak terbendung lagi. “Kemarahan itu siap meledak,” kata Al-Kiki. (AFP/AP/Rtr/DW/ibtimes.co.uk)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...