Pelajaran Berharga di Pasar Pagi
SATUHARAPAN.COM – Pagi itu sisa hujan malam masih terasa. Dingin dan basah. Namun, demi kebutuhan keluarga, saya mengantar istri ke pasar. Meski masih agak gelap, sekitar pukul 05.00, suasana pasar sangat ramai.
Riuh rendah pedagang dan pembeli seperti simfoni purbakala yang bernada tanpa pranata. Tawar-menawar, dialog jujur dan tulus, saling menyapa menjadi pemandangan klasik nan segar. Pilih memilih, teriakan menawarkan barang, membolak-balik barang yang hendak dibeli, mengangkat, memikul, meletakkan, dan masih banyak pemandangan lainnya.
Yang menarik perhatian saya, sebelum terjadi transaksi, selalu ada proses tawar-menawar. Sepertinya, harga pas di pasar tradisional haram hukumnya. Apa pun itu pasti akan ditawar. Menaikkan dan menurunkan harga, mengurangi dan menambahkan, dan ketika dirasa sudah saling cocok, transaksi pun terjadi.
Sepertinya manusia perlu belajar banyak dari pasar berkenaan dengan kehidupan, terutama soal tawar-menawar, negosiasi. Karena kehidupan ini pilihan, dan harus disadari betapa banyak pilihan itu, maka hidup pun sebelum dititi memerlukan proses negosiasi. Perlu menambahkan dan mengurangi, timbang-menimbang sebelum memilih kehidupan yang hendak dijalani. Sebab salah pilih akan merugikan, tidak saja diri sendiri, juga menyangkut orang terdekat (keluarga), bahkan bisa memengaruhi masyarakat.
Dalam hal ini, pikiran jernih dan hati bersih merupakan syarat mutlak. ”Perlu nalar-rasa,” kata Newton. Dengannya, manusia dapat memilih secara bertanggung jawab, tak hanya bagi diri sendiri, terutama bagi orang lain.
Spiritualitas tawar-menawar di pasar pagi sepertinya perlu senantiasa diaktualisasikan dalam seluruh aspek kehidupan—timbang-menimbang sebelum memilih.
Selamat mencoba!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...