Pelaku Terorisme Indonesia Terdiri dari Tiga Kelompok
DEPOK, SATUHARAPAN.COM - Darul Islam (DI) adalah salah satu dari tiga unsur kelompok besar terorisme aktif di Indonesia, selain kelompok Nurdin M. Top (dari kelompok Malaysia), dan kelompok-kelompok kecil yang tidak ada hubungannya dari kelompok-kelompok besar, seperti kelompok Santoso dari Poso, yang belum lama ini menyebarkan video jihad di situs Youtube.
Hal ini terungkap dalam diskusi buku baru karya Solahudin berjudul "The Roots of Terrorism in Indonesian from Darul Islam to Jamaah Islamiyah" diselenggarakan oleh Abdurrahman Wahid Center (AWC) dalam menyambut hari jadinya yang pertama, yang dihadiri Sidney Jones, peneliti Terorisme dari Internasional Crisis Group (ICG), Solahudin (Gus Solah) penulis buku dan juga Ketua Riset Pusat Studi Terorisme dan Konflik pada Fakultas Psikologi UI dan Max Boon, salah satu korban tragedi bom Hotel J.W. Marriot, Jakarta tahun 2009.
"Darul Islam menjadi landasan dari aksi-aksi besar teroris selama ini," ujar Sidney Jones pada kesempatan itu.
Dalam diskusi buku pada Selasa (16/7) di Ruang Sinema Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia (UI), Gus Solah memaparkan sejarah perkembangan teroris yang terjadi di Indonesia, mulai dari Darul Islam (1945) yang dipimpin Kartosuwirjo hingga pimpinan Abdullah Sungkar, Ba'asyir, dkk yang membentuk Jamaah Islamiah sekitar tahun 1993.
Menurut Gus Solah, DI sebagai "induk" gerakan jihad di Indonesia dan para pelaku jihad, memiliki paham baru, yaitu Salafy Jihadisme atau neo wahabi. Tujuan DI sejak kemerdekaan Indonesia adalah menegakkan syariat islam dan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).
Sementara itu, Max Boon dalam kesempatan yang sama menceritakan kisah hidupnya sebelum dan sesudah peristiwa bom hotel JW Marriot ke-2 di Jakarta. Ia adalah seorang pebisnis di Jakarta dengan berbagai kegiatan sosial di berbagai daerah Indonesia.
"Saya orang yang bahagia sebelum peristiwa bom di Jakarta. Saya bertanya-tanya, kenapa mesti saya yang mengalami peristiwa bom itu?" ungkap hati Max Boon.
Ia sempat menayangkan kembali rekaman video tragedi bom di JW Marriot, dia menceritakan bahwa dirinya berada di tempat kejadian dan sedang sarapan pagi bersama teman-temannya.
Sejak peristiwa ledakan bom itu, Max Boon berupaya pulih untuk kesehatannya dan saat ini melakukan berbagai kegiatan untuk memberikan kesaksiaan hidup, pencegahan terorisme, dan menolong para korban bom dan konflik melalui lembaga Aliansi Indonesia Damai.
Editor : Yan Chrisna
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...