Pelapor PBB Serukan Peyelidikan Tindakan Brutal Iran terhadap Demonstran
PBB, SATUHARAPAN.COM-Pelapor khusus PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) untuk hak asasi manusia di Iran pada hari Kamis (27/10) mengecam "kebrutalan" rezim Teheran dan menyerukan mekanisme internasional untuk menyelidiki sejumlah kematian sejak dimulainya protes baru-baru ini.
Protes telah mencengkeram Iran sejak Mahsa Amini, 22 tahun asal Kurdi, meninggal pada 16 September, tiga hari setelah penangkapannya di Teheran oleh polisi moralitas karena tuduhan melanggar aturan berpakaian Islami untuk perempuan.
“Iran berada dalam kekacauan sebagian sebagai akibat dari pembunuhan” Amini, Javaid Rehman mengatakan pada konferensi pers, menggambarkannya sebagai “korban kebrutalan negara dan penindasan negara.”
"Para pengunjuk rasa mencari keadilan," katanya. Dia menggarisbawahi “tidak adanya saluran akuntabilitas domestic.” Rehman menyerukan kepada masyarakat internasional untuk membentuk mekanisme investigasi internasional yang bertujuan untuk memastikan bahwa Iran menjawab “untuk apa yang telah terjadi sejak kematian Jina Mahsa Amini.”
“Jelas ada banyak kebrutalan,” katanya, seraya menambahkan bahwa “minimal 250 orang telah dibunuh oleh negara sejak gelombang protes ini dimulai” pada pertengahan September, termasuk lebih dari 25 anak-anak.
Dia mengatakan, bagaimanapun, bahwa angka itu "sangat konservatif" dan bahwa "tidak diragukan lagi" lebih banyak orang telah terbunuh.
Dia juga mengecam peran "bermasalah" dari polisi moralitas, dengan mengatakan mereka "menggunakan kekerasan dalam kasus (Amini)" dan dalam banyak kasus lainnya, menggarisbawahi "masalah sistemik yang sangat serius."
Enam pekan sejak kematian Amini, protes terus berlanjut di seluruh Iran, meskipun tindakan keras telah melihat sejumlah pengunjuk rasa juga terluka dan ditangkap. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...