Pelatihan Wartawan Banyak Materi Yang Dipelajari
SATUHARAPAN.COM – Matahari belum menampakkan diri pada Jumat, 12 Juni 2015, ketika seusai menjalankan salat subuh para wartawan sudah melakukan senam pagi. Pada hari-hari biasa, sebagian wartawan masih meringkuk di tempat tidur pada saat seperti itu. Tetapi, jangan harap melakukannya di Detasemen Pemeliharaan Daerah Latihan (Denharrahlat) Kostrad Sanggabuana, Jawa Barat. Pada pukul 08.00 WIB Panglima TNI Jenderal Moeldoko hadir di Sanggabuana, untuk membuka pelatihan kedaruratan bagi wartawan.
Selama dua hari wartawan menyerap materi pelatihan yang diberikan, yakni jelajah dan rintangan malam, pengetahuan navigasi darat, pengetahuan membaca jejak, pengetahuan melintasi daerah bahaya, pengetahuan survival dan berbivak, pengetahuan menaksir arah dan jarak tembakan, serta praktik menembak senapan jarak 30 meter pada hari terakhir acara pelatihan tersebut.
Malam harinya, wartawan dari berbagai media mengikuti jurit malam dengan menggunakan penyamaran, yang dalam tradisi militer merupakan ajang uji nyali. Seperti dalam film-film perang, wajah para wartawan juga dicorat-coret.
Sebanyak 86 peserta yang dibagi dalam sembilan kelompok itu satu per satu diminta berjalan ke hutan dan perbukitan yang gelap. Sepanjang jalan mereka melintasi hutan, mereka sempat dikagetkan dengan kemunculan sosok pocong dan kuntilanak, yang rupanya sebelumnya memang sudah direncanakan oleh para pelatih.
Acara dilanjutkan dengan api unggun di tengah lapangan yang kerap digunakan untuk aktivitas latihan. Acara itu menjadi momentum paling membanggakan. Bagaimana tidak, di tempat itu secara bergantian, diterangi nyala api unggun, para wartawan menghormat dan mencium Sang Merah Putih sambil diiringi lagu Syukur.
Keesokan hari, pada 13 Juni 2015, para wartawan mendapat kesempatan berpraktik menembak senapan jarak 30 meter, setelah sebelumnya diberikan pembekalan. Wartawan diperkenalkan dengan senjata buatan Pindad.
"Latihan menembak ini berguna sekali untuk teman-teman, karena kalau negara kita dalam bahaya, kalian bisa membantu kami. Kalian juga harus bisa mempertahankan NKRI," kata Kapten Alipudin, Pasie Pengamanan dan Operasional di Kostrad Sanggabuana.
Kapten Alipudin mengajak wartawan belajar menembak dengan menggunakan jenis Senapan Serbu Satu (SS-1). “Pagi ini rekan-rekan jurnalis akan menembak menggunakan senapan dengan jarak 30 meter saja, karena rekan-rekan penembak jarak dekat,” kata dia, sambil menjelaskan cara menembak yang baik.
Senjata api jenis SS-1 buatan PT Pindad, berjenis tembakan semiotomatis berkaliber 5,56 mm. Senjata api ini berbobot 3,8 kg dengan magazin berbobot 0,21 kg saat dalam keadaan kosong. Magazin ini berisi 30 butir peluru dengan bobot 0,57 kg, sementara panjang popor SS-1 adalah 997 mm dengan panjang popor terlipat 766 mm.
Popor ini memiliki enam alur yang masing-masing memiliki panjang 7’ (177,8 m). Jarak efektif 400 m, arah alur ke kanan, panjang laras 419 mm, jarak capai 2.500 m.
Usai melakukan praktik menembak, para wartawan melanjutkan aktivitas yang tak kalah menantang. Mereka diminta untuk melewati lumpur dengan cara merangkak, sebelum akhirnya bisa menikmati segarnya air sungai di Sanggabuana.
Acara pelatihan di Sanggabuana itu ditutup dengan upacara. Para wartawan pun mendapatkan sertifikat, sebagai tanda keberhasilan mengikuti pelatihan kedaruratan yang diadakan TNI. Agus, pelatih Kostrad Sanggabuana mengaku puas dan bangga atas apa yang telah dicapai para wartawan dalam pelatihan tersebut.
"Saya bilang para wartawan itu tidak mengecewakan. Mereka tidak mengeluh pada pelatihan ini. Itu yang membuat saya merasa kagum," katanya.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...