Pelawak Terpilih Jadi Presiden Guatemala
GUATEMALA CITY, SATUHARAPAN.COM - Pelawak Guatemala, Jimmy Morales, masuk ke politik pada awalnya terdengar seperti lelucon, namun ia kini tertawa dalam perjalanannya menuju istana kepresidenan setelah skandal korupsi besar mericuhi pemilihan umum Guatemala.
Morales, aktor jenaka dan tokoh televisi, yang tidak memiliki pengalaman politik, hanya memperoleh 0,5 persen dukungan pada April, saat awal kampanye kepresidenannya.
Namun, calon dari partai konservatif itu menang telak dalam pemilihan umum pada Minggu.
Kenaikan Morales disebabkan kemarahan sebagian besar warga Guatemala terhadap elit politik tradisional atas serangkaian skandal korupsi, yang memuncak pada pengunduran diri dan pemenjaraan Presiden Otto Perez beberapa hari sebelum pemungutan suara putaran pertama.
Dalam keadaan penghinaan terhadap politik, kekurangan pengalaman politik Morales justru dipandang sebagai nilai plus.
Ia mengumumkan kemenangannya pada Minggu malam, berterimakasih pada warga Guatemala yang telah memberinya mandat untuk melawan korupsi yang memangsa negara itu.
"Komitmen saya tetap pada Tuhan dan masyarakat Guatemala. Saya akan bekerja dengan seluruh hati dan kekuatan saya untuk tidak menipu anda," katanya.
Lawannya, mantan ibu negara Sandra Torres, menerima kekalahan dan berharap kesuksesan bagi Morales.
Morales (46), terkenal melalui film "A President in a Sombrero" (2007), saat berperan sebagai koboi dusun bernama Neto, yang secara tidak sengaja hampir terpilih menjadi presiden.
Neto melonjak dalam pemilihan dengan membuat serangkaian janji-janji kosong dalam kampanye, namun akhirnya dikeluarkan dari pemilihan dan kembali ke kampung halamannya.
Dalam salah satu adegan terkenal film tersebut, ia berjanji membangun jembatan untuk penduduk di sebuah daerah tertindas. Ketika diberitahu bahwa tidak ada sumur di sana, Neto berkata, "Maka kita akan membangun sungai, yang mereka butuhkan!"
Bukan Pencuri
Dalam kehidupan nyata, pemilihan presiden saat ini merupakan "serangan" pertama Morales dalam politik nasional, meskipun sebelumnya ia pernah gagal dalam pemilihan wali kota di kampung halamannya.
Morales sempat menempuh studi manajemen di universitas, namun tidak menyelesaikan gelarnya.
Ia bergabung dengan partai konservatif FCN-Nacion, memimpin kampanye menghibur, sering membuat lelucon namun hanya sedikit menyampaikan rincian rencana kebijakannya.
"Selama 20 tahun, saya membuat Anda tertawa. Saya berjanji jika menjadi presiden, saya tidak akan membuat Anda menangis," katanya meyakinkan para pemilih.
Setelah kedudukannya melonjak dalam pemilihan, Morales segera menyusun proposal kebijakan resmi yang belum diselesaikannya. Ia mengadopsi slogan kampanyenya, "Tidak korup, bukan pencuri".
Pengulas politik Phillip Chicola menilai Morales beruntung karena berasal dari orang di luar politik, namun juga memperingatkan bahwa ia tidak memiliki dasar politik sejati.
"Suara untuk Jimmy sangat rapuh dan bersifat sementara. Partainya tidak memiliki organisasi nyata. Pemungutan suara kali ini seperti penolakan terhadap para kandidat tradisional karena krisis korupsi," kata dia.
Morales harus memimpin pemerintahan dengan hanya 11 kursi dari keseluruhan 158 kursi Kongres.
Ketika Morales dipandang sebagai sosok kontroversial, tidak demikian dengan partainya.
Partai FCN-Nacion dibentuk pada 2008 oleh mantan perwira militer yang dituduh melakukan kekejaman selama perang sipil Guatemala (1960-1996) yang menewaskan sekitar 200 ribu orang.
Morales sendiri membantah partainya terdiri dari seseorang yang terkait dengan kekejaman tersebut.
Namun, salah satu anggota parlemen yang baru terpilih yakni Edgar Ovalle, mantan perwira, yang dituduh atas pelanggaran hak asasi manusia selama perang.
Morales, yang menjadi pembawa acara pertunjukan lawak televisi dan membuat film, menikah dan memiliki empat anak.(AFP/fr)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...