Presiden Palestina Curhat Ketakutannya di Eropa
BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Senin (26/10) untuk membahas “langkah-langkah konkret” untuk menenangkan gelombang kekerasan antara Israel dan Palestina.
“Kami akan mengadakan pertemuan malam ini untuk membahas cara-cara Uni Eropa untuk dapat berkontribusi meredakan eskalasi (antara Palestina dan Israel),” kata Mogherini dalam komentar singkat sebelum makan malam.
Kepala diplomatik Uni Eropa berharap Mogherini dan Abbas akan membahas langkah-langkah konkret di lapangan bahkan yang sulit sekalipun yang dapat memperkuat Palestina di dalam kebutuhan dasar mereka.
Komisi Eropa merupakan penyumbang dana terbesar untuk Palestina, menyediakan lebih dari USD 6,19 miliar untuk Pemerintahan Palestina (PA) di bawah kekuasaan Abbas sejak tahun 1994.
Mogherini yang bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Berlin pada Kamis (22/10) mengakui ada “tingkat frustrasi tertentu” di Eropa selama proses perdamaian. Pembicaraan perdamaian terakhir gagal dilaksanakan pada April 2014 lalu setelah keduanya saling tuduh.
Abbas kemudian mengulangi kritiknya terhadap Israel dengan mengatakan Israel “tidak menghormati” aturan di kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem yang merupakan tempat suci bagi umat Muslim dan Yahudi, di mana tempat itu menjadi pusat gelombang kekerasan yang baru.
“Situasi di Palestina sangat serius dan bahkan mungkin yang terburuk. Ini adalah rasa takut saya,” kata Abbas.
“Alasan ketakutan saya yang utama adalah terhadap generasi muda yang merasa tidak ada harapan.”
Pertemuan antara Abbas dan Mogherini disambut dengan serangan udara Israel lanjutan yang terjadi di jalur Gaza, menyusul kemudian laporan tembakan roket dari Gaza ke wilayah Israel, menurut kantor berita Maan.
Juru bicara militer Israel Peter mengatakan awal bulan Oktober 2015 ini bahwa pasukan Israel meminta Hamas bertanggung jawab atas tindakan agresif di Jalur Gaza.
Palestina menuduh Israel yang berusaha untuk mengubah aturan yang memungkinkan orang-orang Yahudi dapat berkunjung ke Masjid Al-Aqsa, tapi tidak untuk berdoa. Namun, kemudian Israel membantah telah melanggar status quo.
Penusukan dan gelombang protes kekerasan telah menjadi pemandangan sehari-hari sejak ketegangan itu makin membara pada awal Oktober hingga mengakibatkan beberapa nyawa melayang.
Abbas mendesak untuk meningkatkan negosiasi perdamaian dan meminta Israel untuk berhenti melakukan pembangunan permukiman di Tepi Barat dan mencegah ‘serangan-serangan’ yang lain. (middleeasteye.net)
Editor : Eben E. Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...