Pemain Bertahan Everton Sumbang Rp 93,6 Juta Anak Penderita Apert Syndrome
LIVERPOOL, SATUHARAPAN.COM – Pemain bertahan klub Liga Primer Inggris Everton, Seamus Coleman menunjukkan sisi kedermawanan dengan mendonasikan lebih kurang Rp 93,6 juta untuk membantu mimpi anak berusia enam tahun asal Irlandia Utara penderita Apert Syndrome, Daire Flanagan menonton sepak bola.
Coleman telah menyumbangkan dana tersebut yang memungkinkan Daire Flanagan dari Belfast untuk biaya dia dan kedua orangtuanya melakukan perjalanan dari Irlandia Utara ke Inggris agar dapat menonton tim kesayangannya, Everton, beraksi.
“Saya membaca kisah Daire secara online dan akan senang untuk membantu mendapatkan dia perjalanannya ke Goodison Park (stadion markas Everton, red),” kata Coleman seperti diberitakan situs berita Inggris, Mirror, hari Jumat (11/3).
Coleman menjelaskan dia menyumbang lima ribu pounds (lebih kurang Rp 93,6 juta) dan berharap ada secercah kegembiraan dari Daire dan keluarganya. “Everton menunggu kedatanganmu (Daire, red),” kata Coleman saat membalas pesan pribadi di akun fanpage Daire Flanagan.
Pihak keluarga Daire yang membuat akun fanpage Facebook, Ciara Rogan mengatakan sempat tidak percaya bahwa dari pihak Everton ada yang menanggapi pesan tersebut, bahkan itu salah satu pemain inti Everton.
"Ini benar-benar luar biasa dan luar biasa untuk mengetahui bahwa seorang pemain The Toffees (julukan Everton, red) memberikan dukungan untuk seperti ini dan untuk membantu anak ini (Daire Flanagan, red) merasakan secercah kegembiraan,” kata Rogan.
"Jawaban Coleman sangat menguatkan Daire, dan harus bisa kami terima,” kata Rogan.
Mirror menjelaskan saat Daire lahir enam tahun silam, dokter menjelaskan Daire menderita kelainan kondisi genetik langka yang dinamakan Sindrom Apert.
Kala itu dokter memvonis, bisa saja dalam waktu 48 jam setelah kelahiran Daire akan meninggal dunia karena ketahanan tubuh sangat renta. Namun kondisinya sekarang membaik dan dapat hidup sebagai fans kecil Everton.
"Kami tahu itu (melakukan perjalanan dengan pesawat, red) akan menjadi sulit untuk karena Daire tidak bisa terbang dalam pesawat biasa,” kata ibu kandung Daire, Colette, seperti diberitakan situs berita Irlandia Utara, Belfast Live.
Colette menjelaskan berdasar saran dari dokter bahwa Daire harus diterbangkan dengan menggunakan pesawat medis, dan harus didampingi semua tim medis.
“Ketika kami pergi ke Inggris di masa lalu untuk operasi nya dia harus terbang melalui Air Ambulance (maskapai medis, red) karena ia membutuhkan oksigen di udara,” kata Colette.
"Saya berpikir pergi dengan kapal laut mungkin menjadi pilihan terbaik, namun saya takut dia tidak bisa bepergian jauh dengan kapal laut,” Colette menambahkan.
Catatan Wikipedia menjelaskan Air Ambulance adalah Air Ambulance adalah bagian dari pelayanan medis udara yang dimiliki suatu perusahaan transportasi udara sebuah negara.
Pelayanan tersebut dapat berupa pesawat atau helikopter, yang digunakan memindahkan pasien dari tempat kecelakaan ke fasilitas kesehatan.
Personil dan pelayanan yang harus tersedia di Air Ambulance harus menggunakan standar rumah sakit internasional yang komprehensif, dan dapat digunakan untuk perawatan kritis untuk semua jenis pasien.
Air Ambulance dahulu digunakan di banyak negara di Eropa selama Perang Dunia I, tetapi perannya diperluas saat terjadi konflik di Semenanjung Korea dan Vietnam.
Sindrom Apert
Sindrom Apert, menurut Mirror, adalah kelainan genetik yang ditandai dengan fusi prematur tulang tengkorak tertentu, terkadang juga menganggu saluran pernapasan karena struktur tulang hidung yang tidak terbentuk sempurna.
Fusi tulang pada penderita Sindrom Apert terlihat dengan tengkorak di sekitar wajah yang tidak tumbuh normal dan mempengaruhi bentuk kepala dan wajah.
Keajaiban dari Tuhan
Colette menceritakan momen saat ia melahirkan Daire. Perempuan dari Irlandia Utara tersebut dahulu sempat khawatir dan cemas, karena dokter sempat menceritakan dengan detil bahwa salah satu gejala penderita sindrom apert yakni kesulitan bernafas karena bentuk tulang di sekitar hidung dan wajah yang berpengaruh pada proses pernapasan seorang bayi. “Saya sedih kala itu, saya berpikir dunia akan berakhir, dia adalah anak yang sangat kami nanti-nantikan, Tuhan memberi kami (Colette dan suaminya, red) keajaiban,” kata Colette.
"Itu mungkin hanya beberapa menit tapi rasanya seperti seabad ketika mereka mengatakan kepada saya dia memiliki sindrom,” kata Colette.
Colette mengulangi penjelasan dokter enam tahun lalu tersebut dengan seksama, dia mengatakan setelah Daire lahir, Colette tidak diperkenankan melihatnya karena sindrom tersebut, apalagi Daire langsung dibawa ke unit neo-natal di rumah sakit di Belfast itu. “Dokter sempat mengatakan agar saya jangan melihatnya, tapi saya sempat berdebat dengan banyak dokter karena saya ingin segera memeluk anak saya apapun keadaannya,” kata Colette.
Setelah menghabiskan begitu banyak waktu di unit perawatan intensif di rumah sakit, Daire setiap hari bersekolah di Sekolah Fleming Fulton di Belfast, Irlandia Utara. (mirror.co.uk/belfastlive.co.uk)
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...