Pemberian Terbaik
Dia menuntaskan misi-Nya.
SATUHARAPAN.COM – Kisah Jumat Agung adalah kisah ”Pemberian Terbaik”. Dia yang tersalin tak dapat melakukan apa-apa lagi. Tetapi, inilah pemberian terbaik itu: Dia menuntaskan misi-Nya. Yesus Orang Nazaret menyelesaikan tugas-Nya.
Betapa sering sesuatu begitu mudahnya dimulai, tetapi tak kunjung selesai. Sehingga menyelesaikan tugas merupakan prestasi. Ya, sudah selesai! Proses selama 33 tahun—sejak Natal itu pun tuntas! Sudah selesai. Wis rampung!
Kisah Yusuf dari Arimatea
Kisah pemberian terbaik itu menular. Yusuf dari Arimatea tiba-tiba muncul di permukaan. Dia meminta izin kepada Pilatus untuk menurunkan Yesus dari salib dan menguburkannya. Tindakan yang berisiko. Sebab dengan begitu dia telah menyatakan diri kepada umum bahwa dia adalah pengikut dari Sang Penjahat dari Nazaret.
Yusuf dari Arimatea agaknya orang kaya. Pada masa itu tak sedikit orang yang memberi tanah makam di Yerusalem karena memang banyak orang Israel berniat dikuburkan di Yerusalem, ibu kota kerajaan Israel. Sepertinya, Yusuf dari Arimatea pun telah menyiapkan kubur bagi dirinya sendiri.
Namun, inilah pemberian yang terbaik itu: kubur yang telah disiapkan bagi dirinya sendiri itu—kubur yang belum pernah dipakai orang—diberikan kepada Yesus Orang Nazaret. Inilah pemberian terbaik itu. Ukuran terbaik di sini adalah apa yang terbaik untuk standar dirinya, serbakelas satu! Dan itulah yang diberikan kepada Yesus. Dia tidak itung-itungan.
Kisah Nikodemus
Pemberian terbaik juga diberikan Nikodemus. Penulis Injil Yohanes mengingatkan pembacanya bahwa Nikodemus adalah orang farisi, seorang anggota mahkamah agama, yang datang pada waktu malam untuk bercakap-cakap dengan Yesus.
Dan sekarang dia tidak datang pada waktu malam, tetapi secara terus terang dia bersama Yusuf dari Arimatea meminta jenasah Yesus untuk dikuburkan. Ini memang bukan tanpa risiko. Dan Nikodemus bersedia mengambil risiko itu: menjadi sahabat dari musuh no. 1 masyarakat saat itu.
Tak hanya itu, Nikodemus membawa ramuan mur dan gaharu—seluruhnya kira-kira tiga puluh kilogram banyaknya. Ramuan mur dan gaharu yang dibawa tidaklah sedikit. Jika kita hargai Rp 500 ribu per kilogram saja, maka butuh dana Rp 15 juta untuk memuliakan tubuh Yesus. Bukan jumlah sedikit. Tetapi, agaknya Nikodemus sudah menyiapkan diri untuk memberikan yang terbaik. Sama seperti Yusuf dari Arimatea, dia pun tidak itung-itungan lagi.
Kisah kita?
Kisah Jumat Agung adalah kisah pemberian terbaik: kisah Yesus, kisah Yusuf dari Arimatea, juga kisah Nikodemus. Semua memberikan yang terbaik dari apa yang dapat diberikan! Bagaimana dengan kita?
Dalam Kidung Jemaat 169 ”Memandang Salib Rajaku”, Isaac Watts menulis: ”Andaikan jagad milikku dan kuserahkan pada-Nya, tak cukup bagi Tuhanku diriku yang diminta-Nya.”
Tuhan ingin diri kita seutuhnya: tubuh kita, pikiran kita, hati kita, kekuatan kita. Itulah pemberian terbaik yang bisa kita berikan. Maukah kita?
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...