Pemberontak Suriah Ancam Mundur Jika Tak Dibantu Lawan ISIS
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Pemberontak Suriah di wilayah timur laut, pada hari Rabu (2/7) mengancam akan meletakkan senjata mereka dalam sepekan jika kelompok oposisi nasional tidak membantu mereka melawan kelompok jihad Negara Islam (IS) yang juga dikenal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
"Kami, para pemimpin brigade dan batalyon ... meminta Koalisi Nasional (oposisi), pemerintah sementara, Dewan Tinggi Militer dan semua badan terkemuka revolusi Suriah dalam sepekan untuk mengirim bala bantuan dan bantuan lengkap," kata pernyataan itu.
"Jika panggilan kami tidak didengar, kami akan meletakkan senjata kami dan menarik mundur pejuang kami," kata pernyataan itu menambahkan.
Pernyataan itu muncul tiga hari setelah ISI menyatakan pembentukan sebuah "khilafah" di wilayah Suriah dan Irak, mengacu pada negara dengan sistem hukum Islam.
"Revolusi rakyat kami (melawan Presiden Suriah, Bashar al-Assad) ... saat ini di bawah ancaman karena (Negara Islam Irak dan Suriah), terutama setelah mengumumkan khilafah," kata pernyataan itu.
Faksi-faksi yang menandatangani pernyataan tersebut adalah kelompok pemberontak lokal yang berbasis di Raqa, Deir Ezzor dan bagian dari Provinsi Aleppo di mana pertempuran melawan ISIS berlangsung paling intens, dan yang sekarang di bawah kendali ISIS.
ISIS pertama kali muncul dalam perang Suriah di akhir musim semi 2013. Sejak itu menguasai Raqa di Suriah bagian utara, sebagian wilayahi Deir Ezzor di timur, dan bagian dari Provinsi Aleppo.
Kelompok pemberontak dari daerah-daerah sering mengeluh karena kurang didanai, meskipun mereka memimpin perang melawan ISIS, yang sebelumnya dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Levant (ISIL).
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, meminta Kongres AS untuk menyetujui dana sebesar US$ 500 juta untuk melatih dan mempersenjatai oposisi Suriah yang moderat.
Hal ini juga diikuti kunjungan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, akhir pekan lalu ke Arab Saudi. Kerry mengatakan, "Pihak oposisi Suriah moderat ... memiliki kemampuan untuk menjadi pemain yang sangat penting dalam menghadapi kembalinya (para jihadis)."
Beberapa pemberontak Suriah awalnya berupaya menggulingkan Assad, namun kemudian berperang melawan ISIS yang sbelumnya bagian kelompok mereka.
Tapi pelanggaran yang sistematis yang dilakukan ISI dengan mengupayakan hegemoni di daerah oposisi, akhirnya mengubah pemberontak melawan untuk mereka dan projek mereka.
ISIS telah menculik ribuan orang Suriah, banyak dari mereka merupakan aktivis politik dan pemberontak, dan melaksanakan eksekusi di daerah yang dikendalikannya.
Kelompok ISI dalam beberapa pekan terakhir melalui serangan iyang didukung beberapa negara tetangga Irak, menguasai sebagian besar wilayah Irak dan memiliki senjata berat yang disita dari pasukan Irak yang melarikan diri. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...