Pemberontak Suriah Pertimbangkan Batalkan Gencatan Senjata
SATUHARAPAN.COM-Kelompok pemberontak Suriah, pada hari Sabtu (31/12) akan mempertimbangkan kesepakatan gencatan senjata dan menyatakan "batal" jika pasukan pemerintah dan sekutu mereka terus melanggar.
Bentrokan dan serangan udara terus terjadi di beberapa daerah sejak gencatan senjata dimulai pada hari Jumat (30/12).
"Lanjutan pelanggaran oleh rezim dengan pemboman dan upaya untuk menyerang daerah-daerah di bawah kendali faksi revolusioner akan membuat perjanjian batal," kata pernyataan yang ditandatangani oleh sejumlah kelompok pemberontak, dikutip Reuters.
Rusia Ajukan Resolusi
Sementara itu, Rusia pada hari Jumat mengajukan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB untuk mendukung gencatan senjata dan menyelenggarakanpembicaraan damai yang direncanakan di Kazakhstan.
Moskow menyusun rancangan itu dengan dukungan Turki dan Iran untuk gencatan senjata secara nasional, yang mulai berlaku pada Jumat tengah malam dan dinilai bertahan, meskipun ada laporan bentrokan sporadis di dekat ibu kota Suriah, Damaskus.
Kesepakatan itu menyerukan perundingan pada akhir Januari di Astanam ibu kota Kazakhstan, kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, dikutip AFP. Dan Dewan mengadakan konsultasi tertutup pada Jumat pagi.
Gencatan senjata itu sebagai seruan untuk negosiasi solusi politik mengakhiri konflik yang telah menewaskan lebih dari 310.000 orang sejak 2011, dan memaksa jutaan orang untuk melarikan diri.
Gencatan senjata, yang melibatkan 13 kelompok yang mewakili 60.000 pejuang yang mengontrol sejumlah wilayah Suriah, tampaknya bisa bertahan," kata utusan Rusia.
Namun kesepakatan itu tidak termasuk terhadap kelompok jihad (ISIS/Negara Islam dan Surian, Front Fateh Al-Sham, yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, dan sebelumnya dikenal sebagai Front Al-Nusra).
Rancangan Rusia itu tidak melibatkan Amerika Serikat, agar tidak tumpang tindih dengan inisiatif untuk negosiasi pada bulan Februari yang dimediasi oleh utusan PBB, Staffan de Mistura, kata Churkin.
Namun Moskow mengharapkan PBB "sepenuhnya terlibat" dalam mempersiapkan pembicaraan di Astana. "Kami berharap orang lain akan bergabung, seperti Mesir, Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar," kata Churkin.
Editor : Sabar Subekti
Kepala Militer HTS Suriah Akan Membubarkan Sayap Bersenjata
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Kepala militer "Hayat Tahrir al-Sham" (HTS) Suriah yang menang m...