Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 05:56 WIB | Sabtu, 19 Maret 2016

Pemenuhan atau Pengosongan Diri?

Pengosongan diri merupakan jalan untuk hidup dalam keselamatan.
Minggu Palma (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Terpujilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” (Luk. 19:38). Demikianlah catatan Lukas mengenai seruan orang banyak itu ketika Yesus memasuki Yerusalem.

Menurut Stefan Leks, para murid memahami Yesus sebagai manusia ilahi. Damai yang dibawa Yesus adalah damai ilahi, damai sejati. Damai sejahtera di sini searti dengan penyelamatan dari Allah.

Dan itulah sesungguhnya yang ditawarkan Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem. Yesus menawarkan keselamatan. Yesus sanggup memberikan keselamatan karena Dia merupakan Sumber Keselamatan itu sendiri. Dia adalah Juruselamat! Caranya memang unik: Allah menjadi manusia dan mati di kayu salib (Flp. 2:6-8).

Keselamatan itu terjadi ketika Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankannya. Persoalan terbesar manusia, yang membuatnya jauh dari rasa selamat atau sejahtera ialah karena mati-matian mempertahankan hak!

Keselamatan itu terjadi ketika Yesus mengosongkan diri! Pada kenyataannya, rasa damai akan mengalir dalam hidup kita ketika kita berupaya untuk mengosongkan diri dan bukan memenuhi diri dengan segala sesuatu.

Logis memang, betapa sering perasaan ingin memenuhi diri dengan segala sesuatu malah akan membuat kita resah sebelum sungguh-sungguh mendapatkannya. Bagaimana perasaan Saudara ketika belum mendapatkan apa yang Saudara inginkan? Cemas bukan? Bahkan, perasaan khawatir menguasai sebelum mendapatkannya. Dan karena perasaan ingin mendapatkan segala sesuatu sering kali membuat manusia jatuh ke dalam pencobaan. Sekali lagi karena ingin memenuhi diri dengan segala sesuatu.

Josemaria Escriva, pendiri Opus Dei, dalam bukunya Jalan, menulis: ”Lepaskanlah dirimu dari segala makhluk ciptaan di dunia ini hingga engkau benar-benar terbebas dari ikatannya. Sebab setan, demikian ujar Sri Paus St. Gregorius, tidak memiliki apa-apa di dunia ini dan dia maju ke medan pertempuran dalam keadaan telanjang. Jika engkau dengan ”mengenakan segala pakaian duniawi” berperang melawan setan, maka engkau akan segera tersungkur ke tanah, sebab engkau mengenakan sesuatu yang dapat dicengkram olehnya.” Pengosongan diri merupakan jalan untuk hidup dalam keselamatan.

Keselamatan itu terjadi ketika Yesus taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Dan ketaatan itulah yang dinubuatkan Yesaya (Yes. 50:4-9a). Lazimnya, rasa damai sejahtera akan mengalir dalam diri orang yang menjalankan laku ketaatan. Pelanggaran akan aturanlah yang membuat orang selalu gelisah—gelisah karena takut ketahuan. Dan Yesus taat, taat seperti seorang murid. Menarik diperhatikan bahwa kata discipline (disiplin) dekat dengan disciple (murid).

Jika pada Minggu Palma ini kita berteriak bersama dengan para murid—Berilah Keselamatan; maka kita hanya akan mendapatkannya kalau belajar untuk menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus (Flp. 2:5)

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home